Persoalan Premium (RON 88), mengacu pada perhitungan triwulan sebelumnya, rata-rata harga CFR MOPS Mogas 88 yang dibeli oleh Pertamina menggunakan formula MOPS Mogas 92 – USD. 2.5 = USD. 86.17 per barel dan rata-rata kurs dollar Januari 2018-Maret 2018 Rp. 14,700. Jika dihitung, maka diperoleh rata-rata harga pokok Mogas 88(Bensin Premium) per liter = 86.17 x 14.700,-/ 159 = Rp. 7,966.70
Selain itu ada PPN 10% dan PBBKB 5% dari harga pokok tersebut, maka diperoleh angka Rp 1,195. serta biaya distribusi plus penyimpanan adalah Rp. 830 per liter, maka harga keekonomian premium pada bulan Oktober 2018 seharusnya adalah Rp. 9,991.70 per liter.
Sedangkan harga Premium sekarang ini adalah Rp. 6,550. jadi Pertamina tekor Rp. 3,441.70 per liternya. Direktur Center of Energy and Resources (CERI), Yusri Usman memperkirakan jika tidak dilakukan penyesuaian harga, maka dalam tiga bulan ke depan Pertamina akan mengalami kerugian mencapai Rp 10.325 triliun.
“Dari tekor harga perliter Premium, maka Pertamina dari jual Premium untuk 3 bulan kedepan adalah sekitar Rp 10.325 Triliun , perhitungan tersebut berdasar rata rata tiap bulan Pertamina harus menyediakan Premium 1 juta KL. Namun kalau dihitung dengan potensi kerugian harga Pertalite sekitar Rp 9.660 triliun berdasarkan tiap bulan menyuplai 1.4 juta KL , dan Solar Rp 11.060 Triliun dari perhitungan tiap bulan menyuplai 1.3 jt KL , maka secara matematis diperoleh potensi kerugian Pertamina di akhir tahun menjadi Rp 30 Triliun,” kata Yusri.
Itulah sebabnya Pemerintah perlu melakukan penyesuaian harga Pemium agar tidak terlalu membebani Pertamina. Namun entah mengapa, kurang lebih satu jam berselang sejak diumumkan Jonan, Presiden Jokowi meminta agar kenaikan harga Premium ditunda dan dievaluasi kembali.
“Sesuai arahan Bapak Presiden, rencana kenaikan harga premium di Jamali menjadi Rp 7.000 dan di luar Jamali menjadi Rp 6.900, secepatnya pukul 18.00 hari ini, agar ditunda dan dibahas ulang sambil menunggu kesiapan PT Pertamina,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Sementara dari Pertamina, secara kamuflase mengiyakan bahwa Pertamina butuh persiapan untuk menjalani kebijakan dari pemerintah atas kenaikan harga BBM Premium. Dalam artian Pertamina setuju untuk penundaan kenaikan harga BBM Premium.
Baca juga:Premium Makin Langka Salah Siapa?
“Ditunda. Mungkin karena menurut kita Pertamina nya belum siap, kita evaluasi lagi ya. Kan perkembangan minyak dunia maka kemudian dinaikan, tapi kita lihat situasi kesiapan Pertamina, kenaikan ini akan dilakukan evaluasi ulang,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito.
Selanjutnya…
Kegalauan Jokowi antara Korbankan Pertamina atau Korbankan Citranya
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta