Usai sholat dzuhur berjam'ah para warga Batang bersama agar pembangunan PLTU Batang tidak jadi dilaksanakan,Jakarta, Senin (5/10/2015). Dalam aksinya warga Batang meminta Presiden Joko Widodo membatalkan pembangunan PLTU di Kabupaten Batang, Jawa Tengah karena dinilai akan menghancurkan kawasan konservasi laut, lahan pertanian serta mencemarkan perairan laut yang akan mengancam kehidupan masyarakat setempat.

Jakarta, Aktual.com — Polres Jakarta Pusat membebaskan puluhan petani Batang, Jawa Tengah, yang melakukan aksi penolakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di depan Istana, Senin (5/10). Mereka sebelumnya menggelar aksi seharian penuh, dari siang hari hingga sekitar pukul 20.00 Wib.

Kasubag Humas Polres Jakarta Pusat, Kompol Suyatno saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (6/10) pagi, mengatakan, puluhan petani Batang diangkut ke Polres Jakarta Pusat karena sebelumnya menggelar aksi hingga melampui tenggat waktu yang telah ditentukan. Seharusnya sudah membubarkan diri tepat pukul 18.00 Wib, namun mereka tetap bertahan di depan Istana.

Negosiasi sempat dilakukan namun tidak menemui titik temu, sehingga petugas mengamankan beberapa petani secara bergelombang. Tahap pertama diamankan petani laki-laki dan tahap selanjutnya mengamankan petani perempuan melalui polisi wanita (polwan). Menggunakan dua dua truk polisi, demonstran selanjutnya dibawa ke Mapolres Jakpus.

“Setelah didata, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing malam tadi,” kata
Suyatno.

Secara keseluruhan, petani yang diamankan berjumlah 42 orang. Yakni 10 perempuan dan 22 lainnya laki-laki.

Aliman, salah satu petani Batang, merasa pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla tidak serius memperhatikan warga Batang. Sudah puluhan kali, sejak rencana pembangunan PLTU Batang, sebagian warga setempat melakukan penolakan ke Istana. Nyatanya, hingga kini meski tidak sekalipun Presiden Jokowi mau mendengarkan.

“Kami sebagai warga Batang, beberapa kali telah beraksi menyampaikan aspirasi, disini (Istana). Namun sampai sekarang belum ada hasil, tidak ada sama sekali tanggapan dari Presiden,” ucapnya.

“Malam ini, saya dan rekan-rekan, warga dan aktifis, mohon maaf sekali bila mengganggu ketertiban dan kenyamanan petugas. Kiranya agar ada respon dari Presiden atau ajudan Presiden. Kami malam ini, kami akan bermalam disini,” tutur Aliman.

Artikel ini ditulis oleh: