Kapolri Jenderal Tito M Karnavian menyampaikan sambutan saat acara MoU antara DPR dan kepolisian di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/18). Kerjasama tersebut dalam rangka peningkatan keamanan di lingkungan DPR. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, memerintahkan jajaran Densus 88 agar memantau kembali sel-sel jaringan teroris yang tidak terlalu aktif, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri.

“Saya sudah memerintahkan Kepala Densus 88 untuk sel-sel yang tidak terlalu aktif namun potensial agar kembali dimonitor,” kata Jenderal Tito di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/6).

Pasalnya bagi kelompok teroris, melakukan aksi teror di Bulan Ramadhan, pahalanya lebih besar dibanding pada bulan-bulan lainnya. Karena itulah hal ini perlu diwaspadai.

“Menurut mereka, melakukan aksi di bulan Ramadhan, pahalanya lebih besar,” katanya.

Terkait pemantauan tersebut, pihaknya meminta jajaran Densus untuk bekerja sama dengan jajaran Intelijen dan TNI. “Sehingga semua jaringan yang sudah terpetakan betul-betul dapat dimonitor,” katanya.

Menurut dia, pemantauan ini penting karena belajar dari pengalaman kasus bom Surabaya dimana pelakunya merupakan sel Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) yang tidak aktif sehingga luput dari pemantauan.

“Belajar dari kasus di Surabaya, sel yang sebelumnya sudah termonitor tapi kemudian tim (Densus) bergerak memantau sel lain yang aktif tapi ternyata sel yang tidak aktif ini justru melakukan aksi,” katanya.

Sebelum terjadinya peristiwa bom di Surabaya, Densus 88 melonggarkan pengawasan terhadap pelaku bom bunuh diri di gereja di Surabaya yakni Dita Soeprianto, perakit bom Sidoarjo Anton Ferdiantono dan pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya Tri Murtiono.

Pasalnya mereka dianggap sudah bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat.

Tapi kemudian kelonggaran pengawasan tersebut dimanfaatkan oleh Dita, Anton dan Tri untuk merakit bom.

Pada Minggu (13/5) pagi, tiga gereja yang ada di Surabaya diserang oleh teroris dengan cara meledakkan diri dengan menggunakan bom. Akibat kejadian itu, belasan orang meninggal dunia dan puluhan orang mengalami luka-luka.

Masih pada hari yang sama, sebuah bom meledak di rumah susun Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, hanya sekitar 14 jam setelah aksi teror bom di tiga Gereja yang ada di Surabaya. Peristiwa itu telah menewaskan tiga orang yakni pelaku, istri dan seorang anaknya.

Belum genap sehari berlalu, kembali terjadi sebuah ledakan pada 14 Mei 2018 yaitu aksi bom bunuh diri di pintu atau gerbang masuk Mapolrestabes Surabaya yang menyebabkan empat pelaku tewas dan masyarakat serta polisi yang ada di sekitar ledakan juga terluka.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: