Jakarta, Aktual.co — Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat perolehan devisa dari aneka jenis perhiasan perak, emas dan permata lainnya melonjak keras menjadi 13,2 juta dolar AS periode Januari-April 2015 atau naik dari periode sama 2014 hanya enam juta dolar.
Realisasi perdagangan luar negeri aneka perhiasan perak buatan pengrajin Desa Celuk Gianyar yang diisi dengan mutiara, batu permata yang dibuat secara antik dan unik laku keras ke Singapura, Hong Kong, Australia dan Amerika Serikat, kata Made Parsua, seorang pengusaha di Gianyar Kamis (11/6).
Pengusaha bidang kerajinan perhiasan di Bali mampu mengikuti perkembangan zaman akan keperluan batu akik atau jenis permata lainnya yang mulai berkembang. baik di pasaran dalam maupun luar negeri berpengaruh terhadap perolehan devisa di awal tahun 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, Hongkong pembeli terbanyak perhiasan Pulau Dewata yakni mencapai 21,37 persen, belakangan ini menyusul dari Singapura dan Australia masing-masing 19,56 persen dan 19,55 persen, kemudian Thailand delapan persen dan Amerika Serikat enam persen.
“Kami dalam memenuhi pesanan yang ada memerlukan mutiara, batu permata bahan baku perhiasan dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara, oleh sebab itu mengimpor permata untuk diekspor kembali, disamping mendapatkannya dari dalam negeri seperti asal Kalimantan,” katanya.
Perkembangan batu akik di dalam negeri semakin terkenal, maka turis asing yang datang melakukan perjalanan wisata ke Bali juga ada diantaranya ikut arus sehingga banyak juga yang berminat untuk membelinya sebagai cendramata terutama yang memiliki nilai magis, kata Parsua.
Disamping itu permata yang dibeli pengusaha setelah di sini dipadukan dengan rancangan perhiasan yang diproduksi masyarakat Bali, kemudian diekspor kembali dan mata dagangan bernilai seni tersebut ternyata laris di pasar ekspor, terbulti kenaikan perolehan devisanya cukup menjanjikan.
Pembelian salah satu komponen perhiasan yang dipadukan dengan perak dan emas rata-rata 900 ribu dolar per bulan, dan bahan baku aksesori tersebut setelah diolah dan ditambah dengan seni budaya Bali kemudian diekspor kembali sesuai permintaan pasar.
Permata yang dibeli oleh pengusaha di Bali umumnya didatangkan dari Asia seperti asal Thailand, Tiongkok bahkan ada yang dari Eropa, disamping dipenuhi dari permata produksi dalam negeri seperti asal Kalimantan dan Sumatera.
Tidak saja wisatawan asing yang senang dengan perhiasan yang diisi permata dan logam mulia, pelancong nusantara juga banyak mengoleksi aksesori dengan permata yang dibubuhi batu permata yang konon memiliki kasiat apalagi promosi juga tersebar lewat dunia maya, tutur Parsua.

Artikel ini ditulis oleh: