Surabaya, Aktual.com — Untuk menghindari kesan politik yang notabene terkesan adanya ‘money politik’ di dalam Muktamar Nadhalatul Ulama (NU) mendatang, Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) melarang gambar Kiai khususnya yang disebut-sebut bakal menduduki kursi ketua Umum PBNU (atau Rois A’am).

“Jadi di sekitar arena Muktamar di Jombang tidak boleh ada gambar-gambar Kiai. Karena ini bukan politik, ” tegas ketua panitia daerah Muktamar NU, Syafullah Yusuf saat menggelar jumpa pers di kantor PWNU, Surabaya, (23/7).

Syafullah Yusuf mengatakan, bahwa larangan tersebut bukan bersifat pribadi, namun sudah menjadi keputusan PBNU.

Adapun larangan itu sengaja diputuskan agar tidak terkesan menjadi arena politik seperti di Muktamar NU ke-32 di Makasar pada 2010 lalu. Jika nantinya ada foto-foto kiai yang terpasang di sekitar arena Muktamar, maka panitia tidak segan-segan akan menertibkan.

Menurutnya, Muktamar NU bukanlah soal untuk dukung-mendukung calon ketum. Namun, Muktamar NU merupakan forum khidmat para Ulama dan warga NU untuk menjalankan aktivitas organisasi sekaligus untuk membahas masalah kebangsaan.

Sementara itu, sejumlah nama yang disebut-sebut bakal bersaing menduduki jabatan ketua umum dan Rois Aam PBNU antara, KH Mustofa Bisri dan KH Hasyim Muzadi (mantan ketum PBNU) menduduki Rois Aam. Dan, untuk persaingan ketua umum PBNU muncul nama seperti, KH Said Agil Siraj dengan KH Solahuddin Wahid (Gus Solah).

Terkait kesiapan teknis Muktamar, Syafullah Yusuf sudah menyatakan 90 persen siap. Muktamar yang dijadwalkan akan dibuka langsung oleh Presiden RI, Joko widodo di alun-alun Jombang, bakal dihadiri sembilan ribu peserta dan 40 ribu orang yang ada di luar alun-alun.

“Pembukaan juga diikuti 1000 paduan suara dari santri-santri pondok Pesantren di Jombang serta bantuan dari kelompok paduan suara Universitas Sunan Ampel Surabaya.” ujarnya.

Sedangkan, untuk faktor keamanan, diperkirakan ada 4000 ribu personil gabungan, dimana 1000 diantaranya dari keamanan internal NU.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Ahmad H. Budiawan