Belgrade, Aktual.com – Sidang parlemen Serbia berubah menjadi kekacauan ketika anggota parlemen oposisi Serbia melemparkan granat asap dan menyemprotkan merica di tengah sidang parlemen yang sedang berlangsung.
Dilansir dari Arab News, sidang parlemen yang digelar pada Selasa (4/3) itu, saat sesi legislatif, setelah koalisi yang berkuasa yang dipimpin Partai Progresif Serbia (SNS) menyetujui sebuah agenda, mendadak beberapa politisi oposisi berlari dari tempat duduk mereka menuju juru bicara parlemen dan berkelahi dengan petugas keamanan.
Anggota oposisi yang lain melemparkan granat asap dan menggunakan semprotan merica. Siaran langsung TV menunjukkan asap hitam dan merah muda mengepul di dalam gedung parlemen, yang sebelumnya pernah menjadi tempat terjadinya perkelahian, dalam beberapa dekade sejak diperkenalkannya demokrasi multipartai pada tahun 1990.
Saat sesi berlanjut, politisi koalisi yang berkuasa berdebat sementara anggota parlemen oposisi bersiul dan meniup terompet. Anggota oposisi juga membawa spanduk bertuliskan ‘mogok umum’ dan ‘keadilan bagi mereka yang terbunuh’, merujuk pada mereka yang meninggal ketika atap stasiun runtuh di kota Novi Sad November tahun lalu.
Di luar parlemen, ratusan pengunjuk rasa berdiri dalam keheningan untuk menghormati mereka yang terbunuh. Para pemimpin protes menyerukan unjuk rasa besar di Ibukota Beograd pada 15 Maret tahun lalu.
Menanggapi kekacauan di parlemen, pihak koalisi pemerintah mengatakan bahwa badan intelijen Barat berusaha mengacaukan Serbia dan menggulingkan pemerintah dengan mendukung protes. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Radomir Lazovic dari oposisi Front Kiri-Hijau di depan gedung parlemen.
”Kami memiliki proposal, untuk memiliki pemerintahan transisi,” Radomir Lazovic dari oposisi Front Kiri-Hijau mengatakan kepada para pendukung di depan parlemen.
Pihak oposisi sendiri mengatakan pemerintah transisi harus mengamankan kondisi untuk pemilihan umum yang bebas dan adil. Namun Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan sekutunya sejauh ini menolak tuntutan itu.
”Ini adalah upaya yang gagal dari koalisi yang berkuasa untuk menunjukkan bahwa mereka memegang kendali , dan (ada) potensi untuk eskalasi,” kata Radivoje Grujic, konsultan yang berbasis di Warsawa kepada Reuters, mengomentari sesi parlemen.
Parlemen akan mengadopsi undang-undang yang meningkatkan dana untuk universitas — salah satu tuntutan utama para mahasiswa yang berunjuk rasa. Tetapi item lain yang dimasukkan dalam agenda oleh koalisi yang berkuasa termasuk yang tentang mencatat pengunduran diri Perdana Menteri Milos Vucevic membuat marah pihak oposisi.
Ketua Parlemen Serbia Ana Brnabic mengatakan tiga anggota parlemen terluka dan satu orang, Jasmina Obradovic dari partai SNS, menderita stroke dan kini dirawat di rumah sakit. Sedangkan Menteri Kesehatan Serbia Zlatibor Loncar mengatakan Obradovic berada dalam kondisi serius.
Dalam menanggapi insiden itu, Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan bahwa pihak berwenang akan meminta pertanggungjawaban semua anggota parlemen yang terlibat dalam keributan itu, dengan menyebutnya sebagai “”hooliganisme”. Berdasarkan hukum Serbia, anggota parlemen menikmati kekebalan dari tuntutan hukum tetapi dapat kehilangannya jika mereka melakukan kejahatan serius.
Untuk diketahui, ribuan mahasiswa di Serbia sudah empat bulan berunjuk rasa yang dipicu oleh kematian 15 orang ketika atap stasiun kereta api runtuh. Unjuk rasa para mahasiswa itu lantas menarik para guru, petani dan lainnya untuk ikut berunjuk rasa, dan kini menjadi ancaman terbesar bagi pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic, dengan banyak yang mencela korupsi yang merajalela dan ketidakmampuan dalam pemerintahan.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain