Sekjen Partai Golkar Idrus Marham berbincang dengan Ketua Harian DPP Partai Golkar, Nurdin Halid disela rapat pleno Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Selasa (21/11/2017). Rapat ini membahas nasib Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang saat ini sudah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Dewan Pakar Mahyudin menilai pentingnya perombakan kepengurusan DPP Partai Golkar, menyusul terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum. Pasalnya, kepengurusan dibawah kepemimpinan Setya Novanto terlalu gemuk namun tidak produktif. Sehingga memang perlu dilakukan perombakan agar lebih ramping, lebih dinamis dan lincah dalam melakukan kegiatan politik jelang 2018 dan 2019.

“Saya kira itu penting, sekarang itu menurut paham saya terlalu gemuk sehingga tidak dinamis dan tidak lincah dalam pengambilan keputusan, dan biasanya juga pengurus banyak yang titip-titip nama tapi kerjanya nggak,” ujar Mahyudin, di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (19/12).

Dia mengatakan, jumlah pengurus Golkar saat yang ini ada 370 orang terlalu berlebihan. Menurutnya, idealnya bagi Golkar cukup ada paling banyak 200 pengurus.

“Jumlah kepengurusannya yang terlalu banyak, jadi mungkin disederhanakan kan sekarang ada 370 pengurus mungkin bisa di bawah 200 saja,” katanya.

Terkait bagaimana bidang-bidang dalam organisasi, kata dia, nanti tergantung ketua umum bagaimana hasil munas ini terkait struktur.

“Karena kabar yang saya dengar ketua harian akan tidak ada,” katanya.

Mahyudin yang kini menjabat Wakil Ketua MPR itu pun menyerahkan sepenuhnya perombakan kepada Airlangga Hartarto yang ditunjuk menjadi ketua umum baru Golkar.

“Terkait bagaimana bidang-bidang itu nanti tergantung ketua umum bagaimana hasil Munaslub ini terkait struktur, karena kabar yang saya dengar ketua harian akan tidak ada,” pungkas Mahyudin.

(Reporter: Nailin)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka