Lebak, aktual.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terus memantau pola-pola penyakit yang muncul di masyarakat pascabencana banjir dan tanah longsor untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB).

“Kita memantau terus dan sejauh ini hasilnya menunjukkan kecenderungan pola-pola penyakit yang bisa menjadikan KLB itu menurun,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan, Lebak Triatno Supiyono di Lebak, Senin (13/1).

Secara umum, KLB merupakan status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa penyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah penyakit.

Ia menjelaskan berdasarkan temuan di lapangan, memang banyak masyarakat yang menderita sakit pascabencana dan masih dalam kategori wajar.

Penyakit yang muncul tersebut di antaranya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, gatal-gatal, sakit pada otot serta panas yang tidak diketahui penyebabnya.

“Hingga Minggu (12/1) kami sudah menangani sekitar 11.000 kasus di enam kecamatan yang terdampak bencana di Lebak,” kata dia.

Untuk penanganan awal, dinas terkait mendirikan posko-posko di sejumlah titik yang memang banyak dihuni oleh korban banjir dan tanah longsor.

Kemudian, dilakukan pengobatan termasuk pula pendistribusian obat-obatan dengan menggunakan helikopter untuk daerah-daerah yang masih terisolir akibat bencana beberapa hari lalu.

“Kami juga bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk penanganan trauma healing atau pemulihan trauma pascabencana untuk para korban,” ujarnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Lebak juga telah membagikan pembersih atau penjernih air serta kaporit sebagai salah satu upaya penataan lingkungan.

“Semua itu kita laksanakan sebenarnya agar benar-benar tidak ada KLB akibat musibah ini,” katanya.

Bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Lebak, Banten menyebabkan berbagai kerusakan fasilitas umum di antaranya sekolah, jembatan, jalan dan lain sebagainya.

Bahkan, satu desa terisolir akibat jalan utama terputus dan tertimbun material longsor.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eko Priyanto