Petugas menata uang kertas di ruang penyimpanan uang "cash center" di kantor pusat, Bank Negara Indonesia, Jakarta, Kamis (29/12/2016). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI telah menyiapkan uang tunai sebanyak Rp 11 triliun untuk kebutuhan Hari Natal dan Tahun Baru 2017. Dalam rangka memenuhi kebutuhan libur panjang tersebut, BNI juga telah mendistribusikan uang rupiah terbitan emisi 2016. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) gencar membangun banyak proyek infrastruktur, namun sayangnya pemerintah tak memiliki cukup dana. Sehingga yang ada, dana-dana di perbankan yang salah satunya dipaksa untuk ikut membiayai, terutama bank BUMN.

Padahal, kondisi likuiditas perbankan saat ini tengah alami masalah alias tak sehat-sehat amat. Sehingga potensinya bisa saja kian menggerus likuiditas perbankan.

Menurut peneliti Indef, Eko Listiyanto, dana-dana perbankan yang dipacu untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur sepertinya tak terlalu tepat, apalagi kemudian untuk bank BUMN malah dipaksa dengan bunga rendah.

“Jika dana perbankan terus dipaksa (biayai infrastruktur), kurang tepat ya. Karena LDR (loan to deposit ratio) sudah sekitar 90 persen. Artinya sudah mentok. Sehingga, dana bank akan kian cekak. Belum lagi masih ada persoalan missmatch-nya,” papar Eko kepada Aktual.com, Kamis (13/4).

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka