Jakarta, Aktual.com — Kasus yang berkembang mengenai keberadaan kaum minoritas yang tergabung dalam komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) cukup menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Bahkan beberapa menilai, komunitas tersebut cukup menganggu dan meresahkan moralitas masyarakat di sekitar kita.

Terkait hal tersebut, Aktual.com menemui pakar andrologi, Dr Nugroho Setiawan, SpAnd dari Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan yang ahli dalam menjelaskan, mengenai seorang yang menjadi kaum minoritas.

Menurut Nugroho, menjadi kelompok minoritas seperti homoseksual bukanlah kemauan pribadi mereka masing-masing.

“Seseorang yang menjadi kelompok eksklusif homoseksual sebenarnya itu bukan kemauan dia, siapa coba yang mau menjadi seorang homoseksual?. Sebenarnya mereka juga tidak ingin, semua juga kalau bisa masuk kepada kaum mayoritas yaitu heteroseksual yang menyukai lawan jenis,” demikian kata dokter Nugroho, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (28/01).

Lebih lanjut, Dr.Nugroho memaparkan, bahwa menurut buku referensi kedokteran terapi PPDGJ IX, ada dua tipikal homoseksual. Yaitu “egosintonik” dan “egodistonik”.

“Homoseksual itu ada dua tipe, egosintonik dan egodistonik, Sintonik biasanya homo tersebut pasrah dan menerima takdirnya dan menjalani kehidupan apa adanya. Dan menurut ilmu kedokteran tidak perlu diobati. Berbeda dengan yang Distonik yang komplain akan kondisinya. Ia merasa tidak nyaman, mengapa ia menjadi seorang homo, dan itu harus segera ditangani karena ia merasa tidak nyaman dengan kehidupannya,” jelas Nugroho menambahkan.

Dengan demikian, maka seseorang yang mengalami homoseksual egodistonik, sangat membutuhkan bantuan penanganan yang tepat dari para pakarnya. Baik itu pskiatri, psikolog maupun dokter bidang andrologi.

Artikel ini ditulis oleh: