Surabaya, Aktual.com — Drama kolosal berjudul “Babad Tanah Jember” mewarnai upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-87 Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang digelar di alun-alun kabupaten setempat, Senin (4/1).

Ketua Panitia Perayaan Hari Jadi Jember, M. Suryadi mengatakan, sumber cerita tersebut merujuk pada buku berjudul “Topographia Sacra, Menelusuri Jejak Sejarah Jember Kuno” karya Zainollah Ahmad.

“Sebanyak 200 penari dilibatkan dalam kegiatan tersebut yang keseluruhannya adalah siswa-siswi SMA di Kecamatan Ambulu,” katanya.

Dulu, pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit, Raja Hayam Wuruk pernah singgah di Puger, untuk mengetahui kondisi wilayah kekuasaannya.

Suatu ketika, datanglah bangsa Eropa yakni orang Belanda, kemudian mereka memanfaatkan tanah yang Jembar (luas) dan subur untuk dijadikan hamparan perkebunan. Mereka juga membawa orang-orang dari pesisir utara dan Madura untuk menempati wilayah tersebut dan sebagai tenaga kerja.

“Orang Madura menyebut tanah yang luas itu dengan bahasa Madura ‘Jhember’, sehingga lama-kelamaan, akhirnya mereka terbiasa dengan sebutan Jember,” ucap Suryadi yang juga Kepala Satuan Polisi Pamong Praja itu.

Kedatangan bangsa asing itu menimbulkan penindasan dan kesengsaraan bagi rakyat Jember, sehingga muncul perlawanan, perlawanan menentang panjajah.

“Pada akhirnya berdasarkan Staatblad nomor 322 yang disahkan oleh Gubernur Jenderal Dr. Andries Cornelis Dirkbdev Graef di Istana Cipanas, ditetapkan tanggal 1 Januari 1929 sebagai hari jadi Kabupaten Jember,” paparnya.

Sementara itu, dalam sambutannya, Penjabat Bupati Jember, Supaad berharap momentum perayaan HUT ke-87 itu menjadikan Kabupaten Jember lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

“Ada banyak prestasi yang dicapai. Beberapa sektor dikategorikan sukses, tetapi ada juga yang perlu dievaluasi dan ditingkatkan,” tuturnya.

Ia menjelaskan, ada beberapa indikator suksesnya pembangunan di Jember, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menurunnya angka kematian ibu dan bayi, angka harapan sekolah, angka pengangguran, kemiskinan dan beberapa indikator yang lain.

Artikel ini ditulis oleh: