Jakarta, Aktual.com – Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga tokoh NU berpengaruh, As’ad Sa’id Ali menyatakan bahwa pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda menyusup di Ansor dan NU.

Teka-teki siapa Abu Janda yang selama ini sering membuat pernyataan kontroversial pun terbongkar. Pria bernama Heddy Setya Permadi yang pernah mengaku NU dengan memposting foto bersama Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, ternyata diduga penyusup di NU, terutama di GP Ansor.

“Kesimpulan saya dia penyusup kedalam Anshor / NU, sehingga perlu ditelusuri kenapa bisa ikut pendidikan kader Anshor / Banser,” kata As’ad Said Ali di akun facebook-nya berjudul SAATNYA BERSIKAP THD ABU JANDA.

As’ad menegaskan bahwa provokasi yang dilakukan Abu Janda memunculkan stigma negatif terhadap NU.

“Kerusakan provokasi yang ditimbulkannya di lingkungan NU selama ini cukup besar. Beberapa pondok pesantren merasa terusik dan bahkan ada yang menjauhi (mufarakah) struktur NU misalnya didaerah sekitar Bogor, ”jelasnya.

Menurut As’ad Said, pernyataan Abu Janda bertolak belakang dengan fikrah seorang Nahdliyah.

“Saya mensinyalir ada Abu Janda – Abu Janda yang berpura pura lain yang pura-pura tidak tahu melalui medsos, tetapi sebenarnya musang berbulu domba,” papar kiai As’ad.

Ia menyarankan PBNU secara resmi bersikap tegas terhadap Abu Janda.

“Dia memanfaatkan nama besar NU untuk kepentingan pribadi yang dibiarkan akan merusak keutuhan NU,” jelasnya. Kata As’ad,

Abu Janda saat mengikuti pelatihan Ansor / Banser tidak ada rekomendasi dari cabang atau wilayah Banser sesuai dengan persyaratan sebagai anggota.

“Ia diterima atas rekomendasi seorang tokoh NU, saya kira dengan pertimbangan prasangka baik dan tidak mengecek latar belakang siapa sebenarnya Abu Janda,” papar As’ad.

Menurut As’ad, pimpinan Banser telah menegur Abu Janda untuk tidak berbicara tentang ke NU- an atas nama Ansor dan juga menginfokan beberapa media terkenal mengenai hal itu.

“Persoalannya, ia sudah terlanjur pernah memakai seragam Banser di media dan publik menyangka ia bagian dari NU padahal fikrah dan akhlaknya bukan pengikut aswaja,” pungkasnya.

***

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin