Jakarta, Aktual.co — Sumber kerentanan perekonomian Indonesia terbagi menjadi dua hal. Kerentanan tersebut yaitu sumber kerentanan eksternal dan internal. Sumber kerentanan eksternal yang paling utama datang dari hubungan perdagangan, dimana mayoritas  tujuan ekspor Indonesia seperti Amerika, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa mengalami stagnasi pertumbuhan ekonomi.

Dengan melemahnya ekspor, maka mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia dan pada akhirnya mengakibatkan defisit anggaran dan menekan Rupiah.

Kepala Departemen Bidang Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI), Darsono mengatakan bahwa risiko melemahnya nilai tukar berpotensi mengganggu kemampuan membayar utang luar negeri (ULN) korporasi dan memicu ekspektasi kenaikan BI rate.

“Risiko melemahnya nilai tukar itu dapat mempengaruhi kemampuan bayar utang luar negeri korporasi dan memicu kenakan BI rate. Oleh karenanya, pemerintah harus memperhatikan ekspor kita, harus lebih ditingkatkan.” ujar Darsono di Kantor BI Jakarta, Rabu (10/12).

Lebih lanjut dikatakan Darsoono, sumber kerentanan internal yaitu terkait rencana kebijakan harga strategis oleh pemerintah. Selain itu, potensi tekanan harga pangan akibat dampak El-Nino juga menjadi sumber kerentanan internal.

“Dari sisi domestik, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu untuk diwaspadai karena dapat mengganggu stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Risiko tersebut terkait rencana kebijakan harga strategis oleh pemerintah seta potensi tekanan harga pangan,” pungkasnya.

Untuk diketahui, sumber kerentanan adalah segala hal yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka