Yogyakarta, Aktual.com — Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menemukan hanya tiga ekor Elang Jawa di area hutan lereng gunung tersebut.
“Setelah seminggu melakukan pemantauan satwa Elang Jawa, kami hanya menemukan tiga ekor saja. Satu pasang di Bukit Plawangan, Kabupaten Sleman dan sisanya berada di daerah Deles, Klaten, Jawa Tengah,” kata Kepala Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Edy Sutiyarto di Sleman, Sabtu (18/9).
Menurut dia, dalam pemantauan tersebut pihaknya mengerahkan sebanyak 25 orang petugas yang dibagi menjadi tujuh tim untuk melakukan penyisiran secara bersama-sama.
“Kami hanya berhasil menemukan tiga ekor Elang Jawa. Satu pasang jantan dan betina di Plawangan, dan satu lagi di Deles. Yang di Deles, belum tahu jenis kelaminnya,” katanya.
Ia mengatakan, pemantauan yang dilakukan tersebut, tidak hanya dengan cara penyisiran di hutan secara langsung. Namun juga mengumpulkan informasi-informasi dari warga setempat.
“Jumlah ini menunjukkan bahwa populasi Elang Jawa di TNGM tidak berubah sejak 2014. Padahal, satwa ini merupakan kunci yang harus ditingkatkan sebanyak sepuluh persen setiap lima tahun,” katanya.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Dhany Suryawan, menambahkan pemantauan pada 2015 ini memang dipilih pada September ini.
“Pemantauan sengaja dilakukan pada September karena saat ini masanya migrasi satwa Elang,” katanya.
Ia mengatakan, sulitnya satwa endemik Merapi ini bertambah karena memang mempunyai sifat yang sensitif. Ketika bertelur misalnya, ada sedikit gangguan saja besar kemungkinan tidak akan berhasil menetas.
“Padahal dalam setahun hanya menghasilkan satu telur saja. Belum lagi ketika ada monyet yang mengambilnya. Memang cukup sulit untuk meningkatkan jumlah populasinya,” katanya.
Menurut dia, tiga ekor Elang Jawa ini juga kemungkinan besar memang mereka yang sudah lama tinggal. Bukan dari burung yang bermigrasi.
Di Merbabu, Elangnya tidak bermigrasi ke Merapi. Karena kebakarannya yang terjadi di sana, hanya di atas saja. Tidak sampai bawah,” katanya.
Dhany mengatakan, meski demikian, pihaknya akan tetap berupaya untuk meningkatkan populasi dari satwa kunci ini. Salah satunya dengan menjaga ekosistem yang ada, terutama hewan-hewan mangsa.
“Karena peningkatan populasi satwa kunci ini, merupakan salah satu indikator keberhasilan taman nasional,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: