Aleppo, Aktual.com – Kelompok-kelompok oposisi Suriah mengatakan bahwa evakuasi wilayah Aleppo yang dikuasai pemberontak sudah sesuai rencana dan diharapkan dapat dimulai Kamis, namun ketakpastian terus terjadi setelah media milik Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa perundingan menghadapi permasalahan besar.

Eksodus semacam itu akan mengakhiri perang bertahun-tahun di kota dan menandai kemenangan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Perjanjian awal tertunda pada Rabu, evakuasi yang direncanakan gagal dijalankan, dan pertempuran baru meletus di kota.

Iran, salah satu pendukung utama Presiden Bashar, memberikan syarat baru terkait perjanjian gencatan senjata. Iran meminta evakuasi korban terluka secara serentak dari dua desa yang dikuasai oleh pemberontak, berdasarkan sumber dari pemberontak dan PBB.

Namun pihak pemberontak mengatakan pada Rabu malam mereka telah setuju dengan evakuasi warga yang terluka dari desa-desa Syiah tersebut di Provinsi Idlib, dan perjanjian Aleppo kini akan berjalan sesuai dengan rencana.

“Dalam beberapa jam ke depan pelaksanaannya akan dimulai,” kata Abdul Salam Abdul Rajak, juru bicara militer untuk kelompok Nour al-Din al Zinki.

Petinggi kelompok pejuang Jabha Shamiya mengatakan pelaksanaan akan dimulai sekitar pukul 06.00 pagi (04.00 GMT) hari Kamis.

Dia mengatakan sekitar 1.000 orang terluka meninggalkan Aleppo timur pertama kali, lalu seluruh evakuasi akan selesai dalam tiga hari.

Tidak diketahui dengan segera bagaimana perjanjian telah dicapai, dan diragukan oleh unit media militer Hizbullah, kelompok bersenjata Syiah yang didukung oleh Iran dan sekutu dari pemerintahan Damaskus.

“Negosiasi menghadapi permasalahan besar, tentang ketegangan dan operasi di garis depan,” katanya.

Gencatan senjata awalanya diprakarsai oleh Rusia, sekutu terkuat Assad, dan pendukung oposisi Turki pada Selasa. Namun evakuasi yang direncanakan dari wilayah yang dikuasai pemberontak tidak terlaksanan dan bombardir dan baku tembak meletus di kota pada Rabu, dengan Turki menuduh pasukan pemerintah melanggar perjanjian.

Televisi nasional Suria mengatakan gempuran pemberontak menewaskan enam orang. Komisioner Tinggi untuk bidang HAM PBB, Zeid Raad al Hussein mengatakan bahwa bombardir oleh pasukan pemerintah Syria dan sekutunya kemungkinan besar termasuk dalam kejahatan perang. Presiden Turki Tayyip Erdogan dan pemimpin Rusia Vladimir Putin setuju via panggilan telepon sebelumnya di hari yang sama, untuk melakukan upaya gabungan dalam memulai proses, menurut sumber kepresidenan Turki.

Sesaat sebelum perjanjian baru diumumkan, bentrokan terjadi di Aleppo.

Pasukan pemerintah melakukan gerakan baru di Sukkari, salah satu dari beberapa distrik yang masih dikuasai pemberontak, dan mengambil alih sebagian wilayah sekitar, disampaikan pengamat. Pemberontak berkata mereka telah melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah menggunakan bom mobil.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, sebelum laporan gerakan pasukan pemerintah di Sukkari, bahwa pemberontak menguasai wilayah kantong yang hanya seluas 2,5 kilometer persegi.

Kemajuan Pesat Tidak ada yang tertinggal pada fajar sesuai rencana, menurut saksi mata Reuters yang menunggu di titik keberangkatan, di mana 20 bus menunggu dengan mesin menyala namun tidak menunjukkan tanda akan bergerak menuju distrik pemberontak.

Penduduk di Aleppo timur telah mengemasi barang dan membakar harta mereka menyusul kehawatiran adanya penjarahan oleh tentara Suriah dan tentara sekutu yang mendukung Iran.

Otoritas di aliansi militer yang mendukung Assad tidak dapat dihubungi segera untuk memberikan komentar tentang penyebab terhentinya evakuasi.

Penyelidik kejahatan perang PBB mengatakan pemerintah Suriah menjadi memikul tanggung jawab utama untuk mencegah serangan dan balasan apa pun di Aleppo timur dan harus bertanggung jawab atas pasukan atau tentara sekutunya yang melakukan pelanggaran.

Dalam situasi yang nampaknya berbeda dengan evakuasi yang direncanakan, kementerian pertahanan Rusia melaporkan 6.000 warga sipil dan 366 pejuang telah meninggalkan distrik yang dikuasi pemberontak tersebut selama 24 jam terakhir.

Total 15.000 orang, termasuk 4.000 pemberontak ingin meninggalkan Aleppo, menurut unit media milik sekutu pemerintah Suriah, Hizbullah.

Rencana Evakuasi adalah puncak dari kemajuan pesat oleh tentara Suriah dan sekutunya selama dua minggu yang mendesak pemberontak mundur ke kantong-kantong yang lebih kecil di dalam kota di bawah gempuran serangan udara dan artileri yang hebat.

Dengan mengambil alih Aleppo sepenuhnya, Assad telah membuktikan kekuatan koalisi militernya, dibantu oleh angkatan udara Rusia dan kesatuan milisi Syiah dari seluruh wilayah.

Pemberontak didukung oleh Amerika Serikat, Turki, dan negara-negara kerajaan Teluk Arab, namun dukungan yang mereka terima telah digagalkan oleh dukungan militer langsung yang diberikan Rusia dan Iran kepada Assad.

Keputusan Rusia untuk meluncurkan pasukan udaranya ke Syria 18 bulan yang lalu menguntungkan pihak Assad setelah pemberontak bergerak ke wilayah barat Suriah. Selain Aleppo, Assad telah mengambil alih markas pemberontak di dekat Damaskus tahun ini.

Pemerintah Suriah dan sekutunya lebih fokus pada pentingnya kekuatan tempur dalam menghadapi pemberontak di Suriah barat, dibandingkan melawan ISIS, yang pada pekan ini telah menguasai kota kuno Palmyra, menunjukkan tantangan yang harus dihadapi Assad dalam mengambil alih kendali atas seluruh Suriah.

Rasa Takut Mencekam Setelah perang meletus di Aleppo, perhatian dunia tertuju pada keadaan 250.000 warga yang diperkirakan tertinggal di sektor timur yang dikasai pemberontak ini, sebelum terjadi pergerakan tentara pada akhir November.

Gerakan mundur pemberontak memicu perpindahan massal warga yang ketakutan serta pemberontak dalam kondisi yang memprihatinkan, krisis yang oleh PBB disebut sebagai “kemerosotan kemanusiaan”.

Terjadi kelangkaan makanan dan air di area-area pemberontak dan semua rumah sakit tutup.

Pada Selasa, PBB menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas laporan yang diterima tentang tentara Suriah dan pejuang sekutu Irak yang menembak mati 82 orang di distrik timur Aleppo yang telah diambil alih. Mereka didakwa sebagai penjagal.

Tentara Suriah menyangkal telah membunuh atau meyiksa tawanan, dan Rusia menyampaikan pada Selasa, pemberontak telah menjadikan lebih dari 100.000 orang di Aleppo timur sebagai perisai manusia.

Ketakutan mencekam jalanan kota. Beberapa yang selamat dengan susah payah berjalan di bawah hujan melewati mayat-mayat menuju wilayah barat yang dikuasai pemerintah, atau beberapa distrik yang masih dikuasai pemberontak. Yang lainnya menunggu di rumah dan menanti kedatangan tentara Suriah.[Ant]

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Andy Abdul Hamid