Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-16 saat menghadapi tim U-16 Vietnam dalam pertandingan kedua Grup C Piala Asia U-16, Senin (24/9) kemarin. (AKTUAL/ ISTIMEWA)

Selangor, Aktual.com – Pelatih tim nasional sepak bola U-16 Indonesia Fakhri Husaini mengkhawatirkan anak asuhnya akan layu sebelum berkembang.

Ia mengatakan, dirinya tidak ingin para pemainnya dihancurkan oleh “sindrom bintang” yang kerap hinggap dalam seseorang yang merasa dirinya terkenal dan berprestasi.

“Berkali-kali saya sampaikan itu ke pemain karena sudah banyak pesepak bola berbakat Indonesia hilang karena sindrom ini,” ujar Fakhri di Selangor, Malaysia, Jumat (28/9).

Pelatih asal Aceh tersebut menganggap salah satu penyebab munculnya sindrom bintang itu adalah pujian yang berlebihan dari media kepada pesepak bola.

Padahal sebenarnya, apa yang dicapai pemain itu belumlah seberapa. Sosok-sosok yang diangkat tinggi itu pun terbuai oleh pujian dan kemudian tak lagi membumi.

“Apa yang disampaikan media seperti melalui tulisan biasanya lebih hebat dibandingkan kenyataannya. Padahal pesepak bola itu masih calon bintang, bukan bintang yang sesungguhnya,” tutur Fakhri.

Ia menyebut, sindrom bintang ini bisa saja telah merasuki Bagus Kahfi cs. Terlebih dalam era digital seperti saat ini terdapat media sosial yang turut berperan dalam membentuk sindrom bintang dalam seorang atlet.

Fakhri sendiri mengaku tidak dapat membendung hal itu. Dalam media sosial, katanya, pujian-pujian dari netizen kepada seoran pemain akan membanjir ketika pemain tersebut bermain bagus.

“Namun, ketika berperforma buruk, mereka cepat pula kena hujat. Bagi pemain yang mentalnya kuat mengelola itu memang tidak ada masalah, tetapi yang tidak? Ini memang sulit,” tutur Fakhri.

Salah satu cara yang dilakukan tim pelatih untuk menekan sindrom bintang di kalangan pemain timnas U-16 Indonesia adalah dengan menjalin komunikasi. Dalam hal ini, tim pelatih dibantu psikolog timnas U-16 Indonesia, Laksmiari Saraswati.

Selain itu, metode lain yakni mengendalikan penggunaan gawai di kalangan pemain. Waktu pemakaian gawai semakin dibatasi seiring semakin dekatnya pertandingan, bisa hanya setengah jam sehari.

“Jujur saja, ‘handphone’ itu musuh utama saya di tim ini,” kata Fakhri.

Sementara gelandang serang tim nasional U-16 Indonesia Rendy Juliansyah menegaskan dirinya tidak terkena sindrom bintang, meski dirinya memiliki pengikut (followers) lebih dari 636.000 orang di akun media sosial Instagramnya.

“Saya tidak merasa kena sindrom bintang. Saya fokus ke latihan dan mendengarkan instruksi pelatih. Apapun komentar warganet, bagi saya itu penilaian masing-masing. Jadi saya mencoba untuk mengerti saja,” tutur Rendy.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan