Target RAPBN 2018 terlalu rendah, utang terus meroket. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) yang tengah gencar membangun proyek-proyek infrastruktur, akan berdampak pada membangkaknya jumlah utang saat ini.

Apalagi belum lama ini lembaga pemeringkat dunia, Fitch Rating telah menaikkan rating utang Indonesia. Hal ini membuat pemerintah pun bakal lebih banyak menumpuk utang lagi.

“Dengan naiknya rating ini justru membuat pemerintah makin hobi ngutang. Ini jadi bahaya. Apalagi awal bulan ini pemerintah sudah menarik US$4 miliar atau sekitar Rp54 triliun untuk prefunding kebutuhan dana tahun depan,” jelas ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Aktual.com, Senin (25/12).

Kondisi itu, kata Bhima, tentu sangat merugikan keuangan negara. Apalagi cicilan pokok dan bunga utang juga terus naik.

“Pada tahun 2017 saja pembayaran bunganya menghabiskan Rp220 triliun. Dan angka ini bisa meningkat signifikan tahun depan. Makanya ruang fiskal ini makin sempit dan defisit terancam semakin lebar,” jelas Bhima.

Apalagi kemudian, meski rating itu naik, lembaga Fitch juga terus menyoroti soal efek penerimaan negara yang rendah sebagai akibat pada ketergantungan pembangunan infrastruktur pada BUMN itu.

“Akibatnya kondisi tersebut membuat keuangan BUMN semakin berisiko. Data terakhir, ternyata rata-rata cashflow (arus kas) empat BUMN karya ternyata minus sampai Rp3 triliun,” tandas dia.

Keempat BUMN yang dia maksud adalah, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Pesero) Tbk, dan PT PP (Persero) Tbk.

“Karena jika empat BUMN itu default atau gagal bayar yang menanggung adalah APBN sebagai penjaminnya,” pungkas dia.

(Busthomi)