Jakarta, Aktual.com — Gamolan Pekhing musik tradisional Lampung dari Sekala Berak masuk dalam kurikulum perkulihan di Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan ISI Surakarta.

Seniman Lampung Syafril ‘Rajo Cetik’ Yamin, saat dihubungi dari Bandarlampung, Senin (11/04), menyatakan kepastian Gamolang Pekhing telah masuk dalam kurikulum perkuliahan mahasiswa di ISI Surakarta ditandai pelaksanaan workshop Gamolan Pekhing yang digelar di Gedung Studio ISI Surakarta, Solo, Jumat (08/04) yang mendapatkan sambutan hangat dari sivitas akademika kampus itu.

Sebelumnya, penulis buku “Gamolan Pekhing, Musik Bambu dari Sekala Berak” I Wayan Sumerta Dana Arta juga sudah mengawali workshop Gamolan Pekhing sebagai soft launching Gamolan Pekhing masuk kurikulum ISI Yogyakarta dan ISI Surakarta.

Menurut Syafril Yamin, kegiatan workshop itu merupakan awal pemberlakuan pembelajaran musik Gamolan Pekhing di ISI Surakarta yang diikuti puluhan mahasiswa Etnomusikologi dan dosen-dosen ISI setempat.

Ketua Jurusan Etnomusikologi dan Seni Pertunjukan ISI Surakarta, Sigit Astono SKar MHum menyatakan, menyambut baik kehadiran musik Gamolan Pekhing dalam kurikulum ISI Surakarta.

“Saya merasa bangga pembuat sekaligus praktisi seni alias pemain Gamolan Pekhing ini bisa memberikan materi kepada mahasiswa ISI secara langsung,” ujar Sigit Astono dalam pernyataan terkait workshop itu.

Bahkan pada sesi terakhir workshop, Ketua Jurusan Etnomusikologi dan Seni Pertunjukan ISI Surakarta itu memberikan piagam sekaligus pengakuan Syafril Yamin sebagai maestro musik Gamolan Pekhing.

Dalam kesempatan tersebut, Syafril berharap Gamolan Pekhing bisa memberikan warna baru dalam perkembangan khazanah musik tradisional di Nusantara.

“Untuk itulah Gamolan Pekhing perlu dilestarikan, dipromosikan dan ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi seni,” ujar Syafril pula.

Dia bertekad dengan dukungan Pemerintah Provinsi Lampung akan terus berupaya memasyarakatkan Gamolan Pekhing ke berbagai perguruan tinggi seni lainnya, seperti ISBI Bandung, STKW Surabaya, ISBI Kaltim, ISI Padangpanjang, dan sekolah tinggi seni lainnya yang ada di Indonesia seperti yang sudah dilakukan oleh Wayan Moccoh sebelumnya.

“Langkah ini selain merupakan upaya pelestarian, juga merupakan promosi seni yang bisa dikembangkan hingga mancanegara, sekaligus memberi peluang kepada mahasiswa-mahasiswa Lampung asal ISI menjadi dosen atau pengajar,” ujar Syafril Yamin.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara