Menteri Keuangan Sri Mulyani - Trump Effect. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menengarai stabilitas sistem keuangan di tahun ini patut diwaspadai. Pasalnya, risiko baik dari faktor domestik maupun eksternal kian mengkhawatirkan. Jika lambat antisipasi, bisa saja berpotensi menjadi pemicu krisis.

“Hasil rapat KSSK hari ini, kami terus mencermati berbagai risiko baik dari faktor eksternal maupun domestik diperkirakan dapat memengaruhi stabilitas sistem keuangan,” tandas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (3/2).

Selain Sri Mulyani, juga hadir anggota KSSK lainnya, yaitu Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Ketua Dewan Komisoner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Menurut Menkeu, risiko dari faktor eksternal seperti pemulihan ekonomi dunia yang masih lamban, dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi ketidakpastian arah kebijakan yang akan ditempuh oleh Amerika Serikat dengan sosok Presiden Trump yang proteksionis.

“Juga terkait ini, adanya rencana kenaikan the Fed fund rate yang berpotensi menimbulkan tekanan terhadap arus modsl dan nilai tukar. Apalagi memang proses penyeimbangan ekonomi China juga belum pulih. Itu risiko yang harus diantisipasi,” jelas Menkeu.

Kondisi itu semakin mengkhawatirkan jika melihat perkembangan domestik. Menurut dia, KSSK pun mencermati terkait potensi kenaikan inflasi dari harga-harga yang ditentukan pemerintah (administered prices) serta dari sisi fiskal adalah tantangannya bagaimana meningkatkan penerimaan negara dan mengendalikan defisit anggaran.

“Kondisi itu terus diantispasi oleh KSSK. Apalagi pertumbuhan kredit juga masih stagnan. Tapi kita harap tahun ini ada kenaikan pertumbuhan kredit perbankan,” ujar dia.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menambahkan, pihaknya juga terus antisipasi inflasi tahun ini yang akan tinggi. Pihaknya pun memantau terus terkait kebijakan kenaikan tarif listrik, pengurusan STNK, kenaikan BBM serta rencana BBM satu harga.

“Makanya soal inflasi dibahas di KSSK. Karena inflasi Januari cukup tinggi capai 0,97%. Kita tahu faktor administered prices dan core inflation penyumbang tinggi,” ujar Agus.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan