Istanbul, Aktual.com – Hingga hari Kamis (24/4) jumlah korban luka akibat gempa bumi di Turki sudah mencapai 240 orang. Bersyukur sejauh ini belum dilaporkan adanya korban tewas akibat gempa tersebut. Namun, akibat gempa, pemerintah meliburkan sekolah dan kampus selama 2 hari.
Dilansir dari The Swamp, gempa bumi bermagnitudo 6,2 mengguncang Kota Istanbul, Turki pada Rabu siang (23/4) pukul 12.49 siang waktu setempat. Gelombang kejut menjalar ke seluruh kota berpenduduk padat itu dan provinsi-provinsi di sekitarnya. Pusat gempa tercatat di Laut Marmara sekitar 40 kilometer barat daya pusat Istanbul di sepanjang Zona Sesar Anatolia Utara yang sangat aktif.
Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengatakan, gempa bumi terjadi di kedalaman 6,92 kilometer, dan berlangsung selama 13 detik. Selanjutnya terjadi 127 gempa susulan dengan kekuatan terkuat bermagnitudo 5,9. Ratusan orang pun dilaporkan terluka karena jatuh dari ketinggian yang diakibatkan kepanikan saat gempa terjadi.
Menteri Kesehatan Turki Kemal Memisoglu mengatakan bahwa data sementara terdapat 240 korban luka akibat gempa. Namun kini dilaporkan korban bertambah. Gempa juga membuat pemerintah meliburkan sekolah dan kampus selama 2 hari. Cuti administratif juga diberikan kepada pegawai negeri yang merupakan penyandang disabilitas, hamil, atau ibu dari anak-anak berusia di bawah 10 tahun.
Walau gempa berdurasi relatif singkat, getarannya sangat kuat dan terasa di seluruh wilayah yang luas termasuk Istanbul, Sakarya, Tekirdağ, Bursa, Kocaeli, dan Yalova. Laporan awal dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan Turki (AFAD) mengonfirmasi bahwa lebih dari 272 orang terluka dengan 151 di antaranya dilaporkan di Istanbul saja. Syukurnya tidak ada korban jiwa yang langsung dikonfirmasi, meskipun banyak bangunan mengalami kerusakan struktural sedang hingga parah.
Di distrik Fatih yang bersejarah di Istanbul, sebuah bangunan tua berlantai tiga yang terbengkalai runtuh seluruhnya. Di distrik lain seperti Silivri dan Bakırköy, sebagian bangunan termasuk fasad dan atap runtuh akibat guncangan. Di provinsi Yalova dan Bursa yang berdekatan, beberapa bangunan juga mengalami retakan dan kerusakan ringan.
Dari laporan berita media di Turki, saat tanah berguncang, kepanikan menyebar dengan cepat di antara warga. Banyak orang berhamburan keluar gedung dan beberapa terluka saat mencoba melarikan diri. Rekaman di media sosial menunjukkan kerumunan orang berkumpul di area terbuka sementara yang lain melarikan diri ke mobil atau mencari tempat berlindung di taman dan halaman sekolah.
Untuk diketahui, gempa bumi terjadi pada hari libur umum Hari Kedaulatan Nasional dan Hari Anak yang kemungkinan besar mencegah jatuhnya korban yang lebih serius karena sekolah dan kantor sebagian besar tutup. Namun, perayaan itu berubah menjadi kekacauan saat keluarga-keluarga bergegas mencari tempat aman.
Selanjutnya, lebih dari 50 gempa susulan tercatat dalam beberapa jam setelah gempa utama, yang terbesar berkekuatan 5,9 skala Richter. Gempa susulan ini menambah ketakutan dan kebingungan yang menyebabkan beberapa warga tidur di luar ruangan atau di dalam mobil mereka semalaman. Pihak berwenang memperingatkan warga untuk menjauh dari bangunan yang rusak dan bersiap menghadapi aktivitas seismik lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang. AFAD dan pejabat setempat menekankan pentingnya peralatan darurat dan mengikuti protokol keselamatan selama gempa susulan.
Pihak berwenang Turki bertindak cepat untuk mengerahkan tim penyelamat dan darurat. Lebih dari 3.500 personel dikirim ke daerah yang terkena dampak termasuk petugas pemadam kebakaran, tim pencarian dan penyelamatan, dan pekerja medis. Anjing penyelamat dan peralatan khusus digunakan untuk memeriksa bangunan yang rusak untuk mencari korban potensial yang terperangkap di bawah reruntuhan.
Saat ini halaman sekolah dan ruang terbuka untuk sementara diubah menjadi tempat penampungan umum yang dilengkapi dengan tenda dan perlengkapan bagi mereka yang tidak dapat atau tidak mau kembali ke rumah mereka.
Untuk diketahui, Istanbul terletak sangat dekat dengan Sesar Anatolia Utara, salah satu garis patahan paling aktif dan berbahaya di dunia. Para ahli telah lama memperingatkan bahwa gempa bumi besar di wilayah ini bukan masalah apakah akan terjadi, tetapi kapan.
Dilansir dari Al Jazeera, beberapa korban gempa, Leyla Ucar, seorang pelatih pribadi, mengatakan dia sedang berolahraga dengan muridnya di lantai 20 sebuah gedung ketika mereka merasakan guncangan hebat.
”Kami sangat terguncang. Kami terombang-ambing, kami tidak dapat memahami apa yang terjadi, kami tidak menyangka akan terjadi gempa bumi pada awalnya karena guncangannya,” katanya. ”Itu sangat menakutkan.”
Senol Sari, 51, mengatakan kepada The Associated Press bahwa ia sedang bersama anak-anaknya di ruang tamu apartemen mereka di lantai tiga ketika ia mendengar suara keras dan gedung mulai berguncang. Mereka melarikan diri ke taman terdekat di mana mereka ”menunggu sampai gempa berlalu,” kata Sari.
Mereka kemudian dapat kembali ke rumah dengan tenang, kata Sari, tetapi tetap khawatir bahwa gempa yang lebih besar suatu hari nanti akan melanda kota itu. ”Kekhawatiran kami terus berlanjut,” katanya.
Sedangkan Cihan Boztepe, 40, buru-buru melarikan diri ke jalan bersama keluarganya untuk menghindari kemungkinan runtuhnya gedung mereka. Berdiri di samping anaknya yang menangis tersedu-sedu, Boztepe mengatakan kepada AP bahwa pada tahun 2023, ia tinggal di provinsi Batman, sebuah wilayah yang dekat dengan bagian selatan Turki tempat gempa besar terjadi pada saat itu. Gempa hari Rabu terasa lebih lemah, dan ia tidak begitu takut.
”Awalnya kami terguncang, lalu berhenti, lalu terguncang lagi,” katanya. ”Anak-anak saya agak takut, tetapi saya tidak. Kami segera mengumpulkan barang-barang kami dan pergi ke tempat yang aman.”
Gempa bumi tahun 1999 di dekat Izmit menewaskan lebih dari 17 ribu orang dan meninggalkan luka yang bertahan lama di benak masyarakat. Gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo pada 6 Februari 2023, dan gempa kuat kedua beberapa jam kemudian, menewaskan lebih dari 53 ribu orang di Turki dan menghancurkan atau merusak ratusan ribu bangunan di 11 provinsi selatan dan tenggara. Sebanyak 6 ribu orang lainnya tewas di wilayah utara negara tetangga Suriah.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain