Jutaan umat muslim memenuhi lapangan Monumen Nasional saat melakukan aksi bela islam III di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (2/12/2016). Jutaan pendemo berbondong-bondong berjalan menuju lapangan silang Monas untuk melakukan doa dan salat Jumat bersama dengan mengusung tema "Tangkap Ahok Si Penista Al Quran. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Munculnya gerakan bela Islam merupakan akumulasi dari kekecewaan demi kekecewaan terhadap umat Islam selama ini. Bentuk ekspresi ini berkaitan dengan perasaan alienasi atau keterasingan umat Islam dalam bidang ekonomi dan politik.

Bentuk keterasingan umat Islam dalam kehidupan bernegara sudah muncul sejak era penjajahan. Umat terasing karena jauhnya jarak umat Islam dalam penguasaan sumber daya ekonomi selama satu abad belakangan.

“Siapa yang memiliki partai politik? Siapa yang memiliki media yang bisa merumus kebenaran pada tingkat publik? Siapa yang mendapatkan jatah ekonomi paling besar? Semua oligarki,” terang pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fachry Ali, di Jakarta, Rabu (25/1).

Berbicara dalam diskusi umum di Universitas Paramadina, Jakarta, Fachri berpendapat keterasingan umat Islam dalam hal ekonomi dan politik ini semakin buruk pada era reformasi. Dimana produk-produk regulasi yang ada cenderung mendorong upaya liberalisasi pada segala bidang.

Keterasingan yang bersumber pada elitisme inilah, tambahnya, semakin membuat umat muslim muak dengan sistem ekonomi dan politik yang ada.

“Yang terjadi pasca orde baru adalah elitisme. Sekarang yang terjadi konsolidasi elite,” jelas Fachri.

Ia juga melihat adanya elitisme dalam beberapa partai politik yang tidak lagi mendasarkan diri pada ideologi. Hal inilah yang menimbulkan antipati dari masyarakat, terutama umat Muslim.

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: