Bawang Merah
Petani tengah istirahat setelah panen bawang merah. DOK/IST

Jakarta, Aktual.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional mengembangkan varietas unggul bawang merah bioteknologi yang memiliki kemampuan menghadapi cuaca ekstrem akibat dampak dari perubahan iklim.

“Perakitan varietas unggul yang dilakukan melalui proses pemuliaan tanaman, bukan hanya dengan pendekatan pemuliaan yang konvensional tetapi juga dengan aplikasi bioteknologi modern,” kata Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Jumat (16/6).

Bawang merah merupakan komoditas sayuran bernilai strategis lantaran tingginya tingkat konsumsi di masyarakat dan salah satu komoditas penyumbang inflasi nasional yang signifikan.

Bawang merah tidak menyukai curah hujan yang tinggi terutama pada masa menjelang panen, mempunyai akar serabut, sistem perakaran dangkal, tidak tahan kekeringan. Berbagai kendala terhadap kondisi tersebut berpengaruh terhadap produktivitas bawang merah.

“Dalam meningkatkan keragaman genetik material pemuliaan bisa dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya dengan aplikasi kultur jaringan dan pendekatan lain seperti mutasi in vitro dan genome editing,” ujarnya.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Ragapadmi Purnamaningsih mengatakan, perubahan iklim yang mengakibatkan curah hujan tinggi dan kekeringan yang meluas menyebabkan penurunan produktivitas bawang merah.

Ketersediaan varietas unggul yang dapat beradaptasi terhadap cekaman abiotik dan biotik dapat mengantisipasi berbagai kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut.

“Dalam perakitan varietas tanaman dapat dilakukan melalui pemuliaan baik konvensional maupun inkonvensional. Pemuliaan konvensional bisa dilakukan melalui introduksi dan adaptasi, persilangan dua tetua, dan pelepasan varietas lokal,” kata Ragapadmi.

Sumber gen untuk karakter tertentu yang terbatas serta diperlukan waktu yang lama untuk menghasilkan varietas baru masih menjadi kendala hingga saat ini.

Oleh karena itu, teknologi alternatif diperlukan untuk meningkatkan keragaman genetik dari suatu individu tanaman, yaitu dengan menggunakan metode induksi mutasi.

Mutasi merupakan perubahan materi genetik secara acak dan diwariskan pada keturunannya. Metode ini relatif lebih mudah, fleksibel, tidak berbahaya dan biaya lebih murah.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Tri Joko Santoso memandang bahwa perbaikan sifat penting bawang merah perlu dilakukan untuk percepatan pemuliaan mengingat potensi dan manfaat yang sangat besar dari komoditas bawang merah.

Menurutnya, teknik genome editing mempunyai prospek besar untuk perbaikan tanaman bawang merah karena lebih sederhana, presisi, dan relatif lebih cepat.