Beranda Nasional Haedar Nashir: Jangan Jadi Petugas Partai di Muhammadiyah

Haedar Nashir: Jangan Jadi Petugas Partai di Muhammadiyah

Presiden Joko Widodo (kanan), Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir (kedua kanan) dan Pengurus PP Muhammadiyah saat menerima kunjungan Presiden Joko Widodo di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018). Presiden Jokowi didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja antara lain Mensesneg Pratikno dan Mendikbud Muhadjir Effendy. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyerahkan hewan kurban berupa sapi kepada PP Muhammadiyah.  AKTUAL/Tino Oktaviano

Yogyakarta, aktual.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan kader dan warga Muhammadiyah untuk tidak menggunakan simbol atau atribut organisasi dalam kompetisi pemilu 2024. Meskipun demikian, Haedar menghimbau para kader untuk menyukseskan Pemilu 2024 dan menggunakan hak pilih.

“Yang kami tekankan, dukung mendukung atau tolak menolak itu biar menjadi urusan pribadi. Jangan membawa-bawa simbol organisasi apalagi organisasinya. Kita, seluruh warga Muhammadiyah, menggunakan hak pilihnya,” kata dia dalam acara Silaturahmi Idulfitri 1444 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Minggu (30/4) kemarin.

Haedar juga berpesan supaya kader maupun warga Muhammadiyah yang terlibat dalam mendukung Calon Presiden atau Calon Anggota Legislatif untuk bersikap kreatif. Menurutnya, kader tidak perlu menggunakan simbol-simbol Muhammadiyah. Pasalnya, dengan tidak menggunakan simbol-simbol Muhammadiyah, Haeda percaya kampanye akan efektif menjangkau lebih banyak massa dari luar Muhammadiyah.

“Itu kurang cerdas menurut saya. Padahal di politik itu juga perlu kecerdasan, agar berperadaban. Kalau menang bisa dengan elegan, kalau kalau kalah juga tidak jatuh diri. Kita harus tetap jaga Muhammadiyah, karena harganya terlalu mahal kalau kita mengorbankan organisasi. Tapi Muhammadiyah elegan memberikan keleluasaan,” ungkapnya.

PP Muhammadiyah, ungkap Haedar, sudah memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur anggotanya yang masuk ke dalam tim-tim sukses, pemenangan dan lain sebagainya. Mereka bisa melalui mekanisme non-aktif di organisasi. Mekanisme ini untuk mendukung kader Muhammadiyah yang potensial untuk terjun melalui partai politik dan kekuatan di lembaga manapun dengan harapan membawa misi Muhammadiyah.

“Jadilah petugas Muhammadiyah, tapi jangan menjadi petugas partai di Muhammadiyah. Beda kalau membawa misi Muhammadiyah. Kalau membawa misi Muhammadiyah keluar itu artinya Muhammadiyah yang menyinari. Artinya kader itu membawa misi Muhammadiyah, bukan sebaliknya,” tegas dia.

Pesan Ketua Umum tersebut disampaikan untuk diindahkan seluruh elemen Persyarikatan Muhammadiyah. Haedar menegaskan pesan tersebut merujuk pada Khittah Muhammadiyah. Melalui sikap tersebut Haedar meyakini bahwa Muhammadiyah tidak akan tertinggal kereta dari dinamika zaman. Sebab Muhammadiyah punya pengalaman, kedewasaan dan kekuatan yang tidak pernah terkuras karena peristiwa lima tahunan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Megel Jekson