Jakarta, Aktual.com — Apa yang terbayang di benak kita ketika berbicara mengenai Kepribadian Muslim? Mungkin ada yang menjawab, kepribadian Muslim itu tercermin pada orang yang rajin menjalankan ibadah dari aspek ritual seperti salat. Kemudian ada juga yang mengatakan, kepribadian Muslim itu terlihat dari sikap dermawan dan suka menolong orang lain atau aspek sosial. Mungkin ada yang berpendapat kepribadian muslim itu terlihat dari penampilan seseorang yang ‘kalem’ dan baik hati.

Ternyata, jawaban tersebut hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang melekat dalam pribadi seorang Muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Quran dan Sunah menjadi sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi Muslim.

Orang Islam belum tentu berkepribadian Muslim. Kepribadian Muslim adalah seperti yang digambarkan oleh Al Quran tentang tujuan dikirimnya Rasul terakhir yaitu, Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Maka, seseorang yang telah mengaku Muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapa dan apapun di lingkungannya. Taat dalam mejalankan ajaran agama, tawadhu, suka membantu, memiliki sifat kasih sayang tidak suka menipu, tidak suka mengambil hak orang lain, tidak suka mengganggu dan tidak suka menyakiti orang lain.

Kepribadian Muslim adalah merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam. Tujuan ini telah dirumuskan dalam filsafat pendidikan Islam. Untuk memperoleh kejelasan tentang konsep kepribadian muslim yang dimaksud, kita harus tinjau dahulu mengenai teori-teori tentang kepribadian.

Kepribadian yaitu, hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut.

Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang memengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut.

Keperibadian yaitu, keseluruhan kualitas dan tingkah laku individu, yang merupakan sifat atau watak. Keperibadian artinya meliputi keseluruhan sifat-sifat atau tingkah laku yang mencerminkan watak seseorang, baik tingkah laku luarnya, kecenderungan jiwanya yang tampak dari sikapnya dalam berbuat, berbicara, berfikir, filsafat hidup dan keyakinannya.

Selain terdiri dari tipe dan struktur, keperibadian juga memiliki semacam dinamika yang unsurnya secara aktif ikut mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

1. Energi ruhaniyah. Energi ini berfungsi sebagai pengatur aktivitas ruhaniyah seperti berfikir, mengingat, mengamati dan lain sebagainya.

2. Naluri. Ini berfungsi sebagai pengatur kebutuhan primer, seperti, makan, minum, dan seks. Sumber naluri yakni kebutuhan jasmaniyah dan gerak hati. Berbeda dengan energi ruhaniyah, naluri memiliki sumber pendorong yang mewujudkan keinginan.

3. Ego. Ini berguna meredakan ketegangan dalam diri dengan cara melakukan aktivitas penyesuaian berbagai dorongan yang ada dengan kenyataan obyektif (realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dari yang buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin.

4. Super ego. Ini bermanfaat sebagai pemberi ganjaran batin berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) maupun berupa hukuman (rasa bersalah, berdosa, menyesal, red).

Menurut William Stern Keperibadian menjadi suatu kesatuan banyak (unita multi complec) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu.

Dalam hubungannya dengan tingkah laku keagamaan, kemudian membentuk keperibadian dalam hal ini terbentuknya keperibadian Muslim. Secara fitrah manusia terdorong untuk melakukan hal-hal yang baik, benar, indah. Bahkan kecenderungan manusia kepada yang baik lebih besar dari pada kecenderungan kepada yang jahat.

Namun terkadang naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita yang ada. Secara defenitif kepribadian itu dapat dirumuskan seperti,

1. Kepribadian manusia yaitu, suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial individunya

2. Kepribadian merupakan dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menetukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Jadi keperibadian Muslim yang dimaksud yaitu keperibadian yang tingkah lakunya, kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan diri secara total pada-Nya. Bersambung…..

(Sumber: Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, thn 2008, hal 186; Muhammad Natsir, Fiqhud Dakwah (Jakarta : Capita Selecta), 1996; Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : GrafindoPersada), 2004; Umdatul Hasanah, pembentukan Kepribadian Muslim, Adzikra, Banten, 2010; Jalaluddin dan Usaman Said, 1994. Filsafat Pendidikan Agama Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikirannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian dalam psikologi islam.jakarta: Raja Grafindo Persada; Zuhairini et,al. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara; Saeful fachri, “Membentuk Kepribadian Islam”, di akses dalam http://dakwahkampus.com/pemikiran/pendidikan/1444-pendidikan-islam-membentuk-kepribadian-islam.html; http://www.dakwatuna.com/2007/12/327/kepribadian muslim/#ixzz22BJTbyYl)

Artikel ini ditulis oleh: