Jakarta, Aktual.co —Program peremajaan bajaj warna oranye yang berbahan bakar bensin ke bajaj biru menggunakan bahan bakar gas (BBG) di Ibukota Jakarta, masih temui kendala.
Salah satunya terkait harga bajaj BBG yang dianggap terlampau tinggi oleh para pemilik bajaj oranye.
Junaedi, salah seorang pemilik bajaj oranye, mengakui harga satu unit bajaj BBG yang berkisar di 70-80 juta rupiah terlalu tinggi baginya.
Sedangkan saat dirinya ingin membeli bajaj BBG dengan cara kredit, ternyata juga tidak disetujui.
Dia pun mengaku bingung. Di satu sisi dia diharuskan meremajakan bajaj miliknya. Tapi di saat yang sama dia juga merasa dipersulit untuk mendapatkan bajaj biru.
“Ya dengan pendapatan pas-pasan mana bisa saya beli bajaj BBG,” ujarnya, saat ditemui Aktual.co di tempat mangkalnya di  Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (23/10).
Pemilik bajaj lainnya, Anas, malah menemui kendala lain. Dia malah mengaku sudah memesan bajaj BBG kepada distributor bajaj bermerk RE yang dikelola PT Abdi Raharja.
Namun hingga saat ini si bajaj biru belum kunjung dikirim hingga saat ini. “Saya sudah memesan sekira 21 unit tapi sampai sekarang belum dikirim,” tutur Anas.
“Tolong pak kita sudah capek mengurusi masalah seperti ini. Saya berharap dinas Perhubungan bisa segera menyelesaikan masalah ini,” ujar Anas.
Mewakili teman-temannya, Anas berharap agar harga bajaj BBG bisa lebih murah. Selain itu untuk pengadaan dan pengurusan izin dan surat-suratnya juga bisa diproses lebih cepat. 
Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta terus berupaya menggerus peredaran bajaj warna oranye di Ibukota.
Keberadaan bajaj oranye yang menggunakan bahan bakar bensin itu secara bertahap akan diganti bajaj warna biru yang menggunakan bahan bakar gas (BBG). 
Namun upaya Dishub DKI masih menemui kendala dari para pemilik bajaj sendiri yang kesulitan mengakses kredit murah untuk mendapatkan bajaj warna biru.
“Karena ketersedian bajaj biru terbatas,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, M. Akbar, di Jakarta, Rabu (22/10).
Untuk mengakali permasalahan itu, pihak Dishub kemudian melakukan terobosan dengan melakukan perubahan aturan (derelugasi) untuk proses pengadaan bajaj agar lebih sederhana dan murah. 
Sehingga para pemilik bajaj oranye yang ingin meremajakan kendaraannya bisa langsung berhubungan kepada produsen ataupun distributor bajaj biru. 
Diharapkan Akbar, mekanisme semacam ini bisa mempercepat peremajaan bajaj oranye ke bajaj biru. “Paling lambat akhir tahun 2016 sudah terealisasikan dan tidak ada lagi bajaj oranye di Jakarta,” ungkapnya.
Dari informasi yang dihimpun, hingga Oktober 2014 ini sudah ada kurang lebih 2.624 unit bajaj BBG yang dikeluarkan Abdi Raharja. Jumlah itu di luar 220 unit yang saat ini sedang disiapkan.
Hingga Oktober 2014, dari 14 ribu bajaj yang beredar di ibu kota, baru sekitar 5.000 bajaj yang sudah diremajakan dan berbahan bakar gas. 

Artikel ini ditulis oleh: