Viona, pemilik warung Mbak Sri di Jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari Semarang, Kawa Tengah sedang melayani pembeli pada Senin (4/3/2024).

Semarang, Aktual.com – Harga beras yang masih tinggi baik di pasar tradisional maupun modern membuat pemilik warung di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) pusing. Mereka pun terpaksa mengurangi porsi nasi agar tak rugis saat jualan. 

Viona, pemilik warung Mbak Sri di Jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari Semarang mengatakan, harga beras naik sudah lama.

Porsi nasi terpaksa saya kurangi,” jelasnya saat ditemui di warungnya, Senin (4/3).

Apalagi, lanjutnya, mayoritas pelanggannya adalah mahasiswa. Hak itu membuatnya tak tega jika menaikan harga satu porsi makanan.

“Kasian kalau saya naikan harganya. Kebanyakan mahasiswa yang di sini,” ujar Viona.

Dia mengaku sudah lama dibuat pusing oleh harga beras yang harganya melambung tinggi sejak sebelum Pemilu 2024.

“Sebelum pemilu sudah tinggi. Tapi pasca-pemilu tambah tinggi lagi harganya,” paparnya.

Hal yang sama juga dikatakan Anita, pemilik warung di Ngaliyan Semarang. Menurutnya, harga satu porsi makanan tak bisa dinaikan karena pelanggan kebanyakan mahasiswa.

“Kalau di sini kan kebanyakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo. Jadi kalau naik tak tega,” paparnya.

Saat ini, lanjutnya, masih ada kenaikan Rp 2.000 harga beras yang premium yang awalnya Rp 16.000 perkilogram sekarang masih Rp 18.000 perkilogram.

“Kalau ditanya pusing pasti pusing. Tapi Alhamdulillah, pelanggan sudah pada tau kalau harga beras mahal,” imbuh dia.

Harga beras

Pedagang beras di Pasar Johar Kota Semarang, Damini (50) mengatakan, harga beras premium paling tinggi mencapai Rp 18.000 per kilogram.

“Harga beras medium Rp 16.000 per kilogram. Yang paling tinggi premium Rp 18.000 per kilogram,” jelasnya saat ditemui di tokonya, Sabtu (2/3/2024).

Meski masih tinggi, harga beras di Pasar Johar Semarang sudah ada penurunan sekitar Rp 500 perkilogram.

“Iya ada turun, tapi sedikit,” ujar dia.

Namun, penurunan harga beras yang terjadi dua hari terakhir ini tidak berdampak signifikan karena harga beras masih terbilang mahal.

“Turunnya hanya Rp 500,” ucap Damini.

Dia membandingkan harga beras Ramadhan tahun ini dengan 2023 lalu yang mempunyai selisih sekitar Rp 2.000 perkilogram.

“Lebaran tahun lalu Rp 16.000 per kilogram,” paparnya.

Untuk itu, Damini mengaku khawatir jika harga beras akan naik lagi ketika jelang Ramadhan yang saat ini sudah ada di depan mata.

“Bentar lagi juga lebaran, nanti pasti naik lagi,” ungkap dia.

Hal yang sama juga dikatakan Puji (63), pedagang Pasar Johar lainnya. Dia menyebut, harga beras premium saat ini cenderung naik turun.

“Harga beras turunnya sebentar dan sedikit, terus nanti naik lagi. Apalagi jelang ramadhan,” tuturnya.

Dia menyebut, pemerintah telah menggelontorkan beras merek dagang program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) melalui Badan Urusan Logistik (Bulog).

“Yang ada malahan diburu pembeli. Sekali dapat 50 kilogram tiap pekan, tapi habis dalam satu jam,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra

Tinggalkan Balasan