Jakarta, Aktual.co — Pemimpin itu harusnya pidato memberikan arahan tentang tata dunia yang lebih adil dan damai, tata dunia baru yang berazaskan nilai nilai Pancasila sebagai super ideologi, pasca runtuhnya komunisme dan bangkrutnya kapitalisme bukan melakukan presentasi seolah manajer.
Demikian disampaikan aktivis Petisi 28 Haris Rusly, Jum’at (14/11) menanggapi pidato Presiden Joko Widodo di Forum APEC beberapa waktu lalu.
Menurut dia presentasi itu pekerjaannya manajer dan tukang jualan mebel atau jualan rokok. Mohon maaf, di forum tinggi seperti APEC, tak pantas Jokowi menurunkan derajat sebagai kepala negara Indonesia menjadi manajer dengan mempresentasikan berbagai masalah negara yg seharusnya tak disampaikan.
“Saya sebagai warga negara tersinggung dan marah mendengar Jokowi “jualan masalah negara” untuk undang investor,” ungkap Haris
“Tidak semua pejabat itu itu berfungsi sebagai pemimpin. Tidak semua presiden mampu jadi pemimpin,” selorohnya lagi.
Tetapi dalam diri Jokowi, kata dia lagi, apa bedanya pejabat yang menggunakan otoritas struktur untuk menggerakan sumber daya manusia, melalui instruksi dan perintah. Dan seorang pemimpin yang menggunakan pengaruh dan nilai nilai untuk mengarahkan sumber daya manusia, melalui keteladanan dan keberanian.
Dalam pandangan Haris, masalah subsidi BBM, defisit APBN, juga masalah infrastruktur, itu masalah dalam negeri, tak layak bahkan tak pantas, bila dibicarakan di forum setingkat APEC.
“Kalau mau jadi budak dan pengemis, jadilah budak dan pengemis yang berharga,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh: