Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengkritik kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Darmin Nasution. Hal itu tidak lepas dari hasil riset JP Morgan yang berujung pada pemutusan kerjasama dengan lembaga asal Amerika Serikat tersebut.

“Yang kita tahu, apa yang dikerjakan Menkeu ini belum nampak. Memang ada program besar misalnya pemotongan anggaran agar program pemerintahan Jokowi bisa berlari (infrastruktur),” terangnya saat dihubungi Aktual, Senin (3/1).

Disampaikan, publik sudah tahu bagaimana program besar pemerintahan Jokowi saat ini. Yakni menggenjot infrastruktur agar ada pemerataan pembangunan di semua wilayah. Karena program itu pula kemudian pemerintah menambah utang luar negeri.

Sampai disini, publik sebenarnya masih memaklumi dan bahkan sebagiannya menyambut baik program besar dimaksud. Mestinya pula, semua pembantunya di kabinet menopang program besar tersebut dengan bahu-membahu memuluskan setiap langkahnya.

Termasuk dengan kemunculan hasil riset JP Morgan. Semuanya harus dijawab dengan transparan agar publik tidak berasumsi macam-macam. Jika benar, apa langkah lanjutan atau solusi mengatasi permasalahan tersebut.

“Itu sebaiknya dijawab segera oleh pemerintah, jangan didiamkan. Prediksinya harus dijawab, asumsinya bagaimana, masa sih sekelas JP Morgan tidak benar,” jelas Hendri.

Penjelasan pemerintah, lanjut dia, bisa juga dijadikan sarana sekaligus menjawab isu yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Bahwa, Amerika tidak terima dengan langkah dan kebijakan pemerintahan Jokowi yang beralih kiblat ke China.

Munculnya isu itu sah-sah saja mengemuka karena pemerintah tidak memberikan penjelasan ke publik. Kebiasaan yang menurutnya terus terjadi pada pemerintahaan saat ini. Disinggung bagaimana kemunculan kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

“Kebiasaan pemerintahan itu kalau ada isu yang berkaitan dengan pemerintah, kemudian sulit menjawab, maka akan didiamkan dan berharap isu hilang saja. Misalnya Ahok, diam saja, begitu besar, bingung,” urai Hendri.

Begitu halnya dengan Bambang Tri Mulyono, penulis buku ‘Jokowi Undercover’ yang sebetulnya sudah mencuat lama namun didiamkan oleh pemerintah. Dengan harapan hilang dengan sendirinya namun belakangan justru membesar isunya.

“Kalau ada isu dijawab saja. Selama ini karena tidak ada jawabannya publik jadi menilai dan berasumsi terus-menerus. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti,” ucapnya.

“Program Jokowi itu bagus, karenanya setiap langkah harus ada penjelasan mumpuni, jangan menunggu. Isu Amerika marah ke Indonesia karena sering ke Cina juga sudah berkembang lama,” demikian Hendri.

 

Laporan: Sumitro

Artikel ini ditulis oleh: