Jakarta, Aktual.com — Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tentunya setiap orang membutuhkan materi untuk dapat menunjang berbagai kebutuhan hidupnya. Faktanya, dalam memperoleh materi tersebut tidak seperti membalikkan telapak tangan begitu saja.
Butuh proses panjang serta kerja keras yang lebih untuk bisa memperoleh rezeki yang halal dan thoyyib berdasarkan tuntunan ajaran Islam.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk bisa menyelaraskan beberapa aspek kehidupan di dalamnya. Yaitu, antara bekerja dan beribadah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Sehingga segala yang dilakukan bisa berlangsung secara tawazun (seimbang) dan tidak mendominasi satu aspek saja di antara keduanya. Berikut ulasan yang disajikan oleh Aktual.com dari Ustadzah Sukma Dini Miradani.
“Apabila telah ditunaikan salat, Maka bertebaranlah kamu di muka Bumi; dan carilah karunia Allah SWT dan ingatlah Allah SWT banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah: 10).
Mba Sukma menjelaskan, bahwa perintah bekerja dan mencari nafkah berdasarkan ayat di atas disampaikan oleh Allah SWT setelah perintah salat. Bahkan, Rasulullah SAW dan para sahabat-nya pun bekerja mencari nafkah. Karena sejatinya bekerja bukan hanya kegiatan mencari uang, namun juga bagian dari ibadah. Terlebih, jika sudah memiliki kewajiban untuk menafkahi istri dan anak.
“Ketika kita bekerja di suatu perusahaan maka pekerjaan itu pun menjadi amanah yg harus ditunaikan. Apabila seseorang tidak patuh kepada aturan kantor maka dia telah berkhianat dengan kontrak atau janji atau peraturan yang sudah disepakati di awal bekerjanya. Apalagi jika dia adalah seorang pegawai sipil yang dibayar oleh negara, seharusnya lebih besar lagi tanggung jawabnya. Karena kerugian yang ditimbulkan karena kemalasannya tidak hanya berdampak pada bidang kerjanya saja,” jelas Mba Sukma saat dihubungi Aktual.com di Jakarta, Rabu (12/8).
Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Mba Sukma, bila kita mengambil waktu bekerja untuk beribadah, misalnya dengan memperpanjang salat dhuha, berlama-lama untuk zikir, namun tidak bersemangat karena sedang puasa, tentunya juga bukanlah hal yang tepat. Justru, dalam kondisi berpuasa itulah seharusnya kita memaksimalkan ikhtiar kita untuk melakukan yang terbaik karena Allah SWT sebagai amalan tambahan.
“Jika ingin bekerja dengan ritme ibadah yang bebas, maka ada baiknya untuk membuka lapangan usaha sendiri yang tidak terikat dengan peraturan perusahaan. Bisa jadi karena itu pula, berdagang atau wirausaha dikatakan dapat membuka 99 pintu rezeki, karena pelakunya bisa lebih optimal dalam bekerja dan beribadah. Wallahu a’lam,” sarannya.
Artikel ini ditulis oleh: