Jakarta, Aktual.com — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan ikan bawal bintang merupakan komoditas baru yang menjadi unggulan perikanan budi daya laut dan usaha pengembangan sejak 2015.

“Mulai tahun 2015 ini, bawal bintang menjadi salah satu komoditas unggulan perikanan budi daya. Target produksi bawal bintang di tahun 2015 masih 1.900 ton,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (8/7).

Namun, menurut Slamet Soebjakto, target pertumbuhan komoditas tersebut dalam kurun waktu lima tahun ke depan adalah 31,5 persen per tahun.

Bawal bintang, ujar dia, akan menjadi salah satu komoditas alternative budidaya laut dengan harga jual yang cukup bersaing, sekitar Rp70 ribu/kilogram.

“Waktu budi dayanya juga lebih cepat dibanding kerapu, yaitu enam bulan dari ukuran benih tebar serta lebih mudah dalam pemeliharaannya,” kata Slamet Soebjakto.

Sedangkan demfarm budi daya bawal bintang ini, lanjutnya, dilaksanakan dan dikawal teknologinya oleh Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok.

Penebaran perdana di lokasi demfarm tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, kurang lebih sebanyak 15 ribu ekor benih. “Demfarm ini akan di laksanakan di tiga lokasi yaitu di Teluk Bumbang (Lombok Tengah), Telong Elong (Lombok Timur) dan Bungin (Sumbawa),” katanya.

Ia mengutarakan harapannya agar dengan demfarm, masyarakat sekitar akan mencontoh dan menduplikasi teknologi yang diterapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal dari budi daya yang dilakukan.

Slamet menambahkan bahwa program demfarm budi daya bawal bintang ini adalah sebagai bagian dalam mengatasi dampak Permen KP No 1 Tahun 2015, tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunius pelagicus).

“Dalam peraturan diatur tentang penangkapan benih dan induk lobster, yang tentunya sangat berpengaruh bagi pendapatan masyarakat, khususnya di Lombok yang terbiasa melakukan penangkapan benih lobster untuk dijual atau diekspor,” katanya.

Melalui demfarm itu, ujar dia, para nelayan atau masyarakat sekitar dikenalkan dengan cara budi daya bawal bintang yang ramah lingkungan untuk mendukung keberlanjutan.

Kegiatan lain yang dilaksanakan sebagai salah satu komitmen KKP untuk menanggulangi dampak akibat penerapan Permen tersebut adalah kegiatan budi daya rumput laut dan pembibitan rumput laut.

“Rumput laut adalah komoditas utama perikanan budi daya. Budidaya rumput laut dapat menyerap tenaga kerja, memiliki pasar yang tidak terbatas dan produksinya sangat beragam. Saat ini, Indonesia adalah produsen terbesar dunia untuk rumput laut Eucheuma cottonii,” katanya.

Dengan demikian, Slamet mengatakan usaha budi daya perikanan dapat menjadi solusi atas masalah laranagan penangkapan benih dan induk lobster bertelur.

Artikel ini ditulis oleh: