Jakarta, Aktual.com – Oleh sebab apa yang telah kami sebut di atas, tentang ta’alluq (keterkaitan hati) untuk melihat Dzat Allah Ta’ala, dan hal itu tidak mungkin bisa terwujud kecuali apabila kita telah mencapai maqam fana (tidak menyaksikan kecuali hanya Allah Ta’ala) dan hilangnya diri kita.
Seorang waliyullah yang bernama Abu Al Mawahib yang berasal dari Tunisia berkata, bahwa: “makam fana’ adalah maqam dimana diri kita telah hilang dan lebur tidak tersisa”.
Dan sebagaimana telah dikatakan oleh waliyullah sidy Abu Madyan RA: ” Barang siapa yang tidak dirinya (hawa nafsunya) maka dia tidak akan pernah melihat Allah Dzat yang Hak”. Dan sebagaimana pula menurut para syekh thariqah Ra.
Janganlah kalian perpikir bahwa sesuatu yang lembut ataupun sesuatu yang kasarlah yang telah menghalangi kita dari (melihat) Tuhan kita, akan tetapi yang menghalangi kita adalah wahm (prasangka), sedangkan wahm itu adalah sesuatu yang batil, sebagaimana sidy Ibni Athaillah Ra telah berkata dalam kitab Hikamnya: ” tidak ada sesuatu maujud yang menghalangi dirimu dari (wushul/menyaksikan) Allah Ta’ala, karena sesungguhnya tidaklah ada sesuatu yang bersama denganNya.
Akan tetapi sesuatu yang menghalangi dirimu dariNya ialah prasangka yang mengira adanya sesuatu maujud yang ada bersamaNya”. Dan kami melihat – Allah Dzat yang Maha Tahu- sesungguhnya maqam fana itu akan terwujud –in sya Allah- dalam waktu yang sangat dekat yaitu dengan cara berdzikir dengan lafadz al jalalah (Allah Swt).
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid