Cape Town, Aktual.com – Seorang pria pengelola masjid di Afrika Selatan tewas ditembak di dalam mobilnya sendiri. Pria bernama Muhsin Hendrik, yang dikenal sebagai imam sebuah masjid tewas di tembak di di kota pesisir Gqeberha Afrika Selatan.

Dari rekaman cctv yang beredar luas di media sosial diketahui, kalau ia ditembak pada Sabtu pagi (15/2) lalu. Saat itu, korban memang sedang berkunjung ke bagian selatan Kota Gqreberha. Saat kejadian, korban yang masih berada di dalam mobil ditembaki pelaku yang juga turun dari dalam sebuah mobil pikap yang berada persis di depan mobil korban. Tampaknya mobil pelaku sengaja menghalangi mobil korban.

Pelaku yang mengenakan jaket bertudung mengarahkan pistol ke jendela samping mobil korban, lalu melepaskan beberapa tembakan. Sementara pengemudi mobil menunggu pelaku beraksi. Setelah menembak korban, selanjutnya pelaku kembali masuk ke dalam mobil lalu kabur setelah memutar balik mobilnya.

Dilansir dari BBC, Hendricks yang berusia 57 tahun adalah pria muslim yang juga imam di sebuah masjid di Kota Cape Town Afrika Selatan yang pernah secara terang-terangan mengaku kalau dirinya adalah penganut homo seksualitas alias gay.

Polisi menyebutkan supir Hendricks selamat dalam penembakan itu, sedangkan dua pelaku masih dalam pencarian. Namun pihak kepolisian masih menyelidiki motif dari pembunuhan tersebut. Meski aparat kepolisian mengklaim telah hampir menangkap para pelaku. Dimana klaim tersebut disampaikan Wakil Menteri Kehakiman Afrika Selatan Andries Nel.

Terkait motif pembunuhan Hendricks, Aliansi Demokratik, sebuah partai politik terbesar kedua di Afrika Selatan, bersama organisasi-organisasi LGBT menyatakan kalau Hendricks dibunuh karena ia merintis sebuah masjid di Cape Town untuk para Muslim gay dan menyerukan agar anggota komunitas LGBT diterima masuk Islam.

Untuk diketahui, Hendricks yang pernah menjadi subjek film dokumenter yang dirilis pada tahun 2022 berjudul ’The Radical’ dimana ia mengatakan, ”Ada ancaman terhadapnya tetapi hal itu tidak mengganggu saya. Karena kebutuhan untuk menjadi otentik lebih besar daripada rasa takut untuk mati.”

Film tersebut juga berfokus pada muslim gay muda yang mengatakan Hendricks menyediakan tempat bagi mereka untuk berdoa dan mempraktikkan Islam sambil tetap menjadi diri mereka sendiri, atau tetap menjadi gay.

Kemudian dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar Afrika Selatan pada tahun 2022 lalu, Hendricks merasa menjadi sasaran serangkaian fatwa yang dikeluarkan Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan tahun itu yang memperingatkan umat muslim di negara itu bahwa hubungan sesama jenis dilarang, meskipun dewan tersebut mengatakan muslim gay yang menjauhkan diri dari tindakan sesama jenis harus disambut di masjid.

Sementara itu, Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa meskipun mereka secara konsisten menyatakan bahwa posisi Hendricks tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun mereka dengan tegas mengutuk pembunuhan terhadapnya, maupun segala tindakan kekerasan yang menargetkan anggota komunitas LGBTQ atau komunitas lainnya.
Konferensi Internasional Asosiasi Lesbian, Gay, Biseksual, Trans dan Interseks (ILGA) di Afrika Selatan tahun lalu.

Sementara itu, Khaled Sayed, yang merupakan anggota Kongres Nasional Afrika dari Badan Legislatif Provinsi Western Cape mengatakan, ”Ini adalah pembunuhan berdarah dingin, yang perlu dikutuk dengan tegas, tanpa memberikan syarat apa pun untuk mengutuknya.”

(Indra Bonaparte)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain