Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memasukan Yuan ke dalam special drawing rights (SDR) atau aset cadangan internasional sebagai mata uang elite dunia, menyusul dolar AS, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Pasar keuangan membutuhkan kejelasan tentang bagaimana pemerintah China mengelola mata uang mereka, khususnya hubungan yuan terhadap dolar AS.

Pernyataan untuk meminta kepastian tersebut disampaikan oleh Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde pada hari Sabtu kemarin (23/1) dalam Forum Ekonomi Dunia di DAVOS, Switzerland, dilangsir dari Reuters.

Menurut dia, jatuh tajamnya yuan telah berkontribusi bersama dengan bersamaan penurunan dramatis harga minyak.

Dalam kesempatan yang sama Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda meyakini China menggunakan kontrol modal untuk menstabilkan mata uangnya, sambil menjaga kelonggaran kebijakan moneter domestik.

Dia mengatakan bahwa pasar membutuhkan “kejelasan dan kepastian” dari nilai tukar China “khususnya dengan mengacu pada dolar, yang menjadi referensi perdagangan”.

Kuroda mengatakan China benar untuk menjaga kebijakan moneter yang akomodatif untuk membantu melindungi transisi negara itu dari ekonomi industri, yang dipimpin ekspor ke ekonomi konsumen demand-driven tanpa depresiasi berlebihan.

“Ini adalah pandangan pribadi saya dan tidak dapat dibagi oleh pihak berwenang China, tetapi dalam situasi semacam ini bertentangan, kontrol modal bisa berguna untuk mengelola nilai tukar serta kebijakan moneter domestik secara konsisten.”

Dia mengatakan Beijing berjuang untuk menghindari baik sebagai depresiasi berlebihan atau apresiasi berlebihan terhadap mata uangnya.

Data ekonomi China, perlambatan pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia telah membuat investor menjadi panik global dalam tiga minggu pertama 2016, dengan harga minyak juga terjun sebagai akibat dari kelebihan pasokan di pasar.

CEO Credit Suisse Tidjane Thiam mengatakan dalam Forum panel di Davos bahwa banyak orang di pasar tidak selalu percaya angka pertumbuhan resmi Cina sebesar 6,9 persen untuk tahun 2015

Menurut sumber, Zhang Xiaohui, asisten gubernur bank sentral, mengatakan tidak akan terburu-buru untuk memotong jumlah bank kas harus terus dalam cadangan, karena melakukan hal itu bisa mengirim sinyal yang kuat pada pelonggaran kebijakan.

Selain itu, Yi Gang, wakil gubernur bank sentral, juga mengatakan akan menjaga stabilitas yuan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Wisnu