Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution - Target pertumbuhan Ekonomi 2016. (ilustrasi/aktual.com - foto/antara)

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus menyebut pemerintah jangan membanggakan diri dengan pertumbuhan ekonomi 5,02% di 2016 lalu. Pasalnya, jika dikaji tak ada kontribusi pemerintah sama sekali dalam menggenjot pertumbuhan.

“Justru pertumbuhan 5,02% itu hanya dikontribusikan dari sisi pengeluaran yaitu ditopang konsumsi rumah tangga. Artinya, komponen-konponen lain, seperti belanja pemerintah untuk memberikan rangsangan tidak berjalan sama sekali,” tutur Heri dalam diskusi di kantor INDEF, Jakarta, Kamis (9/2).

Menurutnya, sejak perlambatan ekonomi global di 2013, perekonomian Indonesia tumbuhnya stagnan. Padahal pemerintah sudah melakukan upaya paket kebijakan sampai 14 kali. Tapi tetap tak bisa mendorong pertumbuhan.

“Paket itu hanya berdampak pada ekspektasi yang besar saja dalam jangka pendek tapi tidak berbuah besar,” tandas Heri.

“Jadi istilahnya pemerintah enggak melakukan apa pun ekonomi tetap tumbuh karena konsumsi masyarakat yang tumbuh. Sementara investasi melambat, ekspor-impor malah lebih tinggi impornya,” imbuh dia.

Apalagi memang, kata dia, jika dilihat kontribusi pertumbuhan itu, sektor-sektor ekonomi yanh paling tinggi tumbuhnya adalah sektor yang relatif sedikit tenaga kerjanya.

“Tapi industri pertambangan, pertanian, tumbuhnya kecil-kecil sekali. Bahkan manufaktur. Hanya jasa keuangan dan komunikasi tumbuhnya jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan