Jakarta, Aktual.com – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai target pertumbuhan ekonomi yang disepakati di angka 5,3 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, merupakan angka yang lebih realistis ketimbang angka sebelumnya yang sebesar 5,5 Persen.

Ekonom sekaligus Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan bahwa target ekonomi sebesar 5,3 persen tersebut sudah sesuai dengan usulan sejumlah ekonom ketika dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dimintai pendapat terkait target pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Waktu itu memang pengamat (ekonomi) dikumpulkan. Sebagian besar menyarankan 5,5 persen ketinggian, dengan apapun alasannya dan seberapa kuat upaya pemerintah,” kata Enny di Jakarta, Jumat (25/9).

Menurutnya, untuk mencapai angka 5,3 persen pun bukan perkara yang mudah. Harus tetap dibarengi dengan berbagai persyaratan, seperti efektivitas dari kebijakan reformasi birokrasi yang perlu segera dilakukan

“Serta kebijakan stimulus fiskal yang utamanya diberikan kepada para pelaku usaha,” ujar dia.

Ia menambahkan, apalagi sampai tahun depan ketidakpastian ekonomi yang terjadi sekarang ini masih akan membayangi perekonomian Indonesia.

“Itu yang membuat kita tidak bisa terlalu optimistis,” imbuhnya.

Meski begitu, lanjut Enny, paling tidak yang terpenting adalah pemerintah harus segera memperbaiki struktur perekonomian yang selama ini didominasi sektor konsumtif untuk diarahkan ke sektor produktif.

Hal ini diharapkan memiliki keberlanjutan terhadap sektor prioritas penghasil barang sehingga kebijakan stimulus fiskal dari pemerintah perlu difokuskan kepada hal tersebut. Jika hal itu bisa dilakukan maka pertumbuhan yang hanya mencapai 5,3 persen akan lebih berkualitas karena sektor produktif menciptakan tenaga kerja yang maksimal dan memunculkan adanya nilai tambah.

Artikel ini ditulis oleh: