Gunung Agung berselimutkan bintang di Pos Pamantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Senin (2/10) dinihari. Berdasarkan pantauan PVMBG, jumlah kegempaan yang terjadi terekam lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan batal meletus sangat kecil. Tapi, bisa saja Gunung Agung melanjutkan tidur panjangnya usai erupsi pada tahun 1963 alias membeku. AKTUAL/Tino Oktaviano

Denpasar, Aktual.com – Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika, menjelaskan jika Volcanic Explosivity Index‎ (VEI) atau indeks letusan Gunung Agung berada pada level III. Menurutnya, hal itu sama dengan indeks letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963.

“VEI III ya, samalah dengan tahun 1963,” kata Suantika usai rapat koordinasi dengan Menteri Pariwisata di Kantor Bali Tourism Board (BTB) di Denpasar, Rabu (11/10).‎

Ia memastikan belum ada rencana perluasan zona bahaya jika gunung setinggi 3.142 mdpl itu meletus. Zona bahaya tetap pada radius sembilan kilometer dan sektoral 12 kilometer ke arau utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya.‎ “Belum ada rencana untuk menambah radius zona merah,‎” tegasnya.

Sementara itu, penggunaan pesawat tanpa awak alias drone dimaksudkan untuk mengambil visual dari atas Gunung Agung. ‎”Kan selama ini di pinggir saja. Peran data visual itu sangat penting untuk merekam kegiatan vulkanik dari kawah,” jelas dia.

Hari ini, PVMBG mendapat fasilitas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan drone untuk merekam secara visual aktivitas kawah gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem tersebut. ‎”Drone-nya satu saja. Satu nanti besok dipakai yang lain. Itu BNPB yang punya,” tutup dia.
Laporan Bobby Andalan, Bali

Artikel ini ditulis oleh: