Jakarta, Aktual.com – Industri asuransi ASEAN memiliki lebih dari 500 perusahaan yang selama periode 2009-2014 telah mengalami pertumbuhan premi dua kali lipat menjadi US$ 85 miliar. Namun, pertumbuhan ini justru terjadi di tengah penetrasi asuransi yang cenderung rendah yaitu 3,5 persen dari populasi atau kurang dari separuh dari penetrasi asuransi di Eropa dan Amerika Serikat yang mencapai 8 persen.

Padahal potensi asuransi sangat besar, termasuk asuransi di sektor infrastruktur yang saat ini masif digenjot pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. “Pertumbuhan proyek infrastruktur di seluruh kawasan memberi peluang besar untuk industri asuransi umum. Mengingat banyak kegiatan dalam pembangunan infrastruktur yang membutuhkan perlindungan asuransi,” ujar Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Yasril Y Rasyid, di Jakarta, Selasa (8/11)

Untuk itu, kata dia, integrasi pasar ASEAN juga meningkatkan jumlah proyek infrastruktur yang melibatkan vendor multinasional yang membutuhkan perlindungan asuransi lintas batas. Menurutnya, liberalisasi pasar juga membuat premi asuransi semakin terjangkau. Sehingga masyarakat berpenghasilan kecil pun bisa mendapatkan perlindungan asuransi yang akan sangat membantu di tengah ancaman berbagai bencana alam.

“Salah satu tantangan utamanya adalah sumber daya manusia (human resources) bidang asuransi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat supaya melek asuransi.”

Kata dia, industri asuransi ASEAN bisa tumbuh semakin pesat, jika integrasi pasar asuransi kawasan bisa terwujud bersama-sama dengan implementasi MEA. Evelina Pietruschka, Sekretaris Jenderal ASEAN Insurance Council menambahkan, industri asuransi bisa menjadi kontibutor penting bagi perekonomian mengingat kemampuannya menyediakan pembiayaan jangka panjang. Selain menyediakan perlindungan untuk berbagai aktivitas perekonomian.

“Agar industri asuransi bisa berkembang dan memberi kontribusi lebih kepada perekonomian, pasar tunggal asuransi harus terwujud dan integrasi ekonomi ASEAN harus dioptimalkan.”

Terbentuknya pasar asuransi tunggal di ASEAN akan mendorong turunnya premi lintas batas. Sehingga bisa menggairahkan pasar asuransi di sektor Marine, Aviation & Transport. Asuransi bersifat jangka panjang dan merupakan investasi yang stabil sifatnya, menurut dia, bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan infrastruktur (infrastructure financing) untuk mendorong pembangunan nasional mengingat selama ini infrastruktur menjadi bottleneck pertumbuhan ekonomi.

Premi asuransi jiwa ASEAN pada 2015 mencapai US$ 65 miliar. Potensi dana jangka panjang ini dapat dimanfaatkan untuk membiayai proyek infrastruktur. Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Hendrisman Rahim menambahkan, investor jangka panjang seperti asuransi dan dana pensiun memainkan peran penting dalam pengembangan pasar modal dan proyek pembiayaan infrastruktur.

“Karena industri asuransi jiwa bisa menginvestasikan sebagian dananya ke dalam obligasi infrastruktur,” ujar Hendrisman.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu