Jakarta, Aktual.com — Mempunyai anak cacat memberi orang tua suatu tantangan dalam kehidupannya. Anak cacat sering mempunyai masalah medis, membutuhkan perawatan fisik, pengawasan serta perhatian lebih banyak ketimbang anak yang normal.

Orang tua menghadapi kemungkinan bahwa anak mereka bisa meninggal dalam waktu beberapa hari, minggu, atau bulan sesudah lahir. Anggota keluarga, teman atau orang asing kadang memberi komentar yang kurang bijak atau menyinggung atau merasa kurang nyaman di dekat anak yang cacat.

Apakah yang harus keluarga Muslim lakukan jika dikaruniai buah hati yang cacat baik mental maupun fisik?

“Jika itu mengenai apa yang harus dilakukan oleh orang tua maka jawabannya adalah menjaga dan merawatnya dengan baik serta berikan ia kasih sayang padanya. Mengapa demikian, apakah Anda pernah berpikir apa yang mereka rasakan?,” ujar Ustad Hasanudin, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (18/02).

Allah SWT memiliki sifat-sifat yang Maha Tinggi. Tidak ada alasan menyerupakan-Nya dengan makhluk lainnya, dengan kekuasaan-Nya, tentu saja berhak melakukan sebagian hal yang tidak disukai makhluknya karena mengandung banyak kemaslahatan besar yang tidak bisa dinalar, atau sebagian besar tidak bisa dimengerti.

Sebagian kecil dari hikmah itu telah terungkap bagi kita. Itu semua karena rahmat Allah SWT terhadap para hamba-Nya yang beriman, dengan memperlihatkan kepada mereka sebagian hikmah semua itu di dunia agar hati mereka tenang.

Misalnya, kalau kita mau mencari sebagian hikmah yang dapat kita pahami dengan diciptakannya jabang bayi, kemudian ia diwafatkan. Bisa jadi bila ia hidup, ia akan melakukan berbagai perbuatan maksiat dan dosa-dosa besar, sehingga bisa menyebabkan dirinya kekal di Neraka.

Atau menyebabkan lama mendekam di dalamnya, atau menyengsarakan kedua orang tuanya atau orang lain.

“Demikian pula bila seorang bayi ditakdirkan hidup cacat, bisa jadi kesengsaraan itu akan menghalangi dirinya melakukan banyak perbuatan maksiat, yang kalau saja ia tidak cacat ia pasti akan melakukannya sehingga mendapatkan siksa di Hari Kiamat nanti. Kemudian tidak setiap penyakit atau cacat itu menjadi siksaan,” terang Ustad Hasan menambahkan.

“Atau bisa jadi juga semua itu menjadi cobaan bagi kedua orang tuanya, sehingga dengan cobaan itu Allah SWT mengampuni sebagian dosa-dosa keduanya, atau mengangkat derajat keduanya di Surga kalau mereka sabar menghadapi cobaan itu. Kemudian bila anak itu menjadi besar, cobaan itu akan merambat kepadanya, yang apabila ia bersabar dengan penuh keimanan, memang bisa jadi Allah SWT mempersiapkan pahala besar bagi mereka yang sabar tanpa batas, tak bisa dihitung,” paparnya lagi.

Allah SWT berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya, “Katakanlah: ‘Hai Hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(Az Zumar : 10).

“Hendaknya mereka bersabar atas apa yang kita tanggung, rasa letih dan kepayahan. Ini semua akan membuahkan kebaikan yang banyak. Semoga orang tua bisa bersabar dan ridho menghadapi segala macam ujian yang Allah SWT timpakan melalui anak-anak mereka,” katanya lagi menutup pembicaraan. Bersambung…….

Artikel ini ditulis oleh: