Jakarta-Aksi teror terjadi saat badah Shalat Jumat di Masjid Al Rawdah, di Provinsi Sinai, Mesir. Sidikitnya 184 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara lebih dari 120 lainnya luka-luka akibat aksi berdarah tersebut. Korban dilaporkan berasal dari warga sipil.

Seperti dilansir dari Sputnik News, Jumat (24/11), data dari Kementerian Kesehatan Mesir disebutkan awalnya ada 75 orang meninggal dunia akibat serangan di rumah ibadah dengan ratusan jemaah.

Kementerian Kesehatan pun menerjunkan puluhan ambulans untuk mengevakuasi korban dari lokasi kejadian.

Menurut laporan Sky News Arabia, ledakan yang terjadi di tengah ibadah Shalat Jumat kemudian disusul dengan suara tembakan yang membabi buta.

Seorang anggota parlemen Mesir menyebut jika para teroris yang mengenakan masker penutup wajah mengepung masjid ketika salat tengah berlangsung. Seketiks mereka kemudian memasuki rumah ibadah seraya memberondongkan senjatanya.

Selain itu sejumlah militan juga dilaporkan mengenakan sabuk bahan peledak. Mereka disebut sebagai bomber bunuh diri.

Sementara, versi lain mengatakan, ledakan bom itu bertujuan untuk memancing para jemaah untuk melarikan diri dari dalam masjid.

Tetapi saat para jamaah berada di luar, mereka dihadang militan bersenjata yang datang dengan empat kendaraan jenis SUV.

Militan bersenjata itu kemudian melepas tembakan. Peluru juga dimuntahkan ke arah ambulans yang tengah mengevakuasi korban.

Atas aksi biadab tersebut, aparat keamanan Mesir melakukan pengamanan dengan menutup lokasi ledakan tersebut dan terus memburu pelaku teror yang kabur.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dilaporkan segera menggelar rapat darurat bidang keamanan. Pemerintah pun mengumumkan masa berkabung selama tiga hari.

Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Mesir sendiri kini sedang menghadapi militan di Semenanjung Sinai yang terus memberikan perlawanan pasca-dilengserkannya Presiden Mohamed Morsi pada 2013 lalu.

Para Militan di Sinai itu kemudian menyatakan bersumpah setia pada Daesh atau ISIS di tahun 2014 dan mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah serangan berdarah.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs