Jakarta, Aktual.co — Penyerangan yang dilakukan oleh suporter Pusamania Borneo FC (PBFC) terhadap Persis Solo di Samarinda, Kalimantan, beberapa waktu lalu, ternyata hanya menjadi salah satu faktor yang membuat Laskar Sambernyawa (julukan Persis) urung bertanding melawan Borneo FC.

Dikatakan Manajer Persis Solo, Totok Supriyanto, suporter Borneo FC sempat melontarkan kalimat yang membuat seluruh elemen Persis benar-benar merasa terancam nyawanya.

“Sambil melempari kami dengan batu, suporter Borneo FC juga berteriak “kamu datang untuk mati”. Ada juga yang bawa senjata tajam,” ungkap Totok menirukan ucapan suporter PBFC itu kepada Aktual.co, Selasa (4/11).

Selain itu, Totok juga merasa bahwa penyerangan tersebut seperti sudah direncanakan sebelumnya. Karena penyerangan tersebut, kata Totok, terjadi secara terorganisir.

“Saat itu kami belum sempat keluar dari bus, baru mau masuk kawasan stadion, tapi sudah diserang,” tambahnya.

Lebih jauh disampaikan mantan pemain Persis era 90-an itu, ketika diserang supir bus langsung berinisiatif untuk menjauh dari stadion. “Saat bus mulai meninggalkan stadion, suporter Borneo masih terus mengejar dan melemparkan batu ke arah bus,” katanya menceritakan.

Dalam pertandingan penghujung babak delapan besar Divisi Utama (DU), antara kedua kesebelasan, yang diselenggarakan di kandang PBFC, Minggu (26/10), Persis Solo melakukan Walk Out (WO). Hal ini diambil, karena menurut Persis Solo, PBFC tidak memberikan jaminan keselamatan kepada skuat Persis.

Disamping itu, Totok juga menanggapi pengajuan banding yang dilakukan oleh Borneo FC terkait keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, yang meminta kepada PT Liga Indonesia (PT LI), untuk menggelar pertandingan ulang bagi kedua kesebelasan itu.

Borneo FC beralasan, banding tersebut dilakukan, karena Persis Solo datang dalam Technical Meeting (TM). Padahal, tegas Totok, TM tersebut digelar setelah Persis mendapatkan ancaman dari suporter Borneo FC.

“TM itu bagian dari proses kompetisi. Di sana (TM) kita juga sudah menyampaikan situasi dan kondisi, baik di lapangan maupun di internal Persis. Kami juga meminta hotel tempat kami menginap, dijaga oleh polisi. Tapi tetap tidak dilakukan,” sesalnya.

Artikel ini ditulis oleh: