Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah melakukan peninjauan terhadap Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA), Marjolijn Wajong menyayangkan adanya pernyataan dari pemerintah bahwa dengan harga minyak dunia yang murah maka lebih baik melakukan impor daripada produksi.

Menurut Marjolijn atau akrab disama Meti bahwa sikap demikian akan menjebak kedaulatan negara Indonesia kedalam ancaman yang serius atas ketahanan energi nasional.

“Ini akan berakibat fatal terhadap industri migas nasional,” katanya ditulis Rabu (10/5)

Dia menjelaskan, jika dikalkulasi dengan harga minyak saat ini yang relatif rendah, memang barangkali lebih efisien melakukan impor. Namun hendaklah pemerintah berpikir jangka panjang atas kepentingan nasional.

Seumpama pemerintah memutuskan untuk moratorium pertambangan nasional dan mengambil kebijakan impor, maka akan berat beban keuangan negara jika suatu waktu harga minyak kembali melebihi USD 80 per barel.

Sedangkan untuk memulihkan lembali industri migas nasional akan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu dia mengingatkan pemerintah agar prioritas melakukan pembenahan dibanding memikirkan untuk impor.

“Kalau situasi kembali harga minyak USD 80 maka kasihan Indonesia, lalu berpikin untuk mengembangkan kemabli lapangan yang ada maka hal itu perlu waktu yang long time untuk kembali,” tutupnya.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: