Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Indonesian Resources Energy Studies (Irres), Marwan Batubara menilai pengembangan Blok Masela lebih baik menggunakan skema “onshore”. Pasalnya, Irres melihat pada dasarnya pengelolaan kilang minyak di Maluku itu harus mengedepankan kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan masyarakat sekitar yang harus dipikirkan dan diutamakan.

Pernyataan ini menanggapi perdebatan yang terjadi soal blok Masela apakah harus Offshore atau Onshore.

“Dari beberapa kajian dan pemberitaan yang beredar di media, kelihatannya memang lebih condong onshore. Karena pertimbangannya, mestinya tidak hanya didasarkan pada pertimbangan aspek tekno ekonomi tapi juga ada aspek lain yakni sosial politik, lapangan kerja, strategis Hankam, kemudian juga ada aspek geopilitik,” ujar Marwan di Gedung Nusantara V DPR/MPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (2/3)

“Kalau sudah seperti itu rasanya memang harus di darat. Tidak mungkin di laut,” sambung dia.

Marwan menyebut bahwa kandungan minyak yang ada di blok Masela sangatlah besar. Oleh karena itu, harus digunakan untuk kemaslahatan masyarakat.

“Sudah di confirm oleh Kementerian ESDM dan SKK migas, cadangannya kira-kira 10,7 triliun kubik fit,” ungkapnya.

Bicara blok Masela, sambugnya, harus juga berbicara bagaimana kehadiran negara melalui perusahaan BUMN. Sebab, selama ini BUMN yang bergerak dibidang perminyakan, yakni Pertamina, tidak pernah dilibatkan karena terganjal kontrak yang dilakukan Inpac dan Shell selaku pengelola blok tersebut.

“Inpac dan Shell itukan sudah kontrak sejak tahun 98. Tapi karena kesempatan mereka minta perpanjangan kontrak karena mereka tidak memprioritaskan blok Masela waktu itu. Untuk itu kita juga bisa membarter dengan memaksa Pertamina juga ikut dalam kepemilikan saham, misalnya 25 persen atau 20 persen. Haruslah,” tuturnya.

Menurutnya, ada kesengajaan menunda pembangunan kilang blok Masela. Dimana, kedua perusahaan itu meminta perpanjangan karena kesalahan mereka sendiri.

Dengan demikian, Marwan mendesak agar Pertamina juga mendapat saham di Blok Masela.

“Dulu itu mereka mengerjakan dua proyek di Australia, yaitu ada proyek praylude dan proyek Icis. Dua proyek ini mereka dahulukan dibandingkan Masela. Sehingga terlambat, terlambat lalu minta perpanjangan. Inikan nggak fair. Makanya saya pikir wajar juga untuk dipaksa supaya Pertamina itu memperoleh saham disana. Mengambil saham dari dua kontraktor ini.”

Artikel ini ditulis oleh: