Jakarta, Aktual.co — Kasus pengeroyokan terhadap sejumlah wartawan saat peliputan aksi demo mahasiswa yang menolak penaikan harga bahan bakar minyak di Makassar,  yang dilakukan anggota polisi hingga kini belum ada kejelasan dalam pengusutannya.
Kadiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie mengaku, pihaknya saat ini masih melakukan investigasi terhadap anggotanya yang melakukan pemukulan terhadap wartawan. “Kita masih menunggu, masih melakukan investigasi siapa saja yang melakukan,” kata dia di gedung Div Humas Polri, Kamis (20/11).
Ronny menuturkan, hingga kini pihaknya masih melakukan pengembangan terkait kasus yang merugikan wartawan tersebut. “Berkaitan dengan kegiatan pengamanan masyarakat, atas penyampaian aspirasi di muka umum ada benturan konflik masyarakat dengan anggota di Polda Sulawesi Selatan Barat. Ini masih terus dilakukan upaya penanganan,” kata Ronny.
Selain Polri, menurut Ronny, Pangdam dan Pemda turut membantu penyelesaian masalah ini. Dia pun menegaskan, bagi anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap wartawan akan ditindak tegas.
“Siapa saja yang melakukan perbuatan pelanggaran disiplin, akan diitindak disiplin. Sementara bila kode etik, akan ditindak kode etik.”
Pihaknya hingga kini masih belum mengetahui, siapa anggota polri yang melakukan kekerasan terhadap wartawan. “Sementara ini kita belum tahu persis. Kapolda dan kapolri sudah menyampaikan maaf,” kata Ronny.
Sebelumnya aparat kepolisian membabi buta menyerang masuk ke kampus Universitas Negeri Makassar di gedung Phinisi, Jalan AP Pettarani, Kamis (13/11) sore.
Selain menyerang masuk ke kampus, polisi juga memukul wartawan yang sedang melakukan peliputan. Keempat wartawan korban pemukulan tersebut yakni bernama Waldy (Metro TV), Ikrar (Celebes TV), Iqbal (Koran Tempo), dan Aco (TV One).
Aksi pemukulan wartawan ini terjadi ketika kartu memori milik Iqbal dirampas oleh polisi. Waldy kemudian muncul untuk mencegah aksi polisi. Namun, Waldy malah menjadi amukan polisi, yang mengakibatkan pelipis kiri jurnalis tersebut sobek sepanjang 5 sentimeter.
Waldy kemudian dilarikan ke RS Islam Faisal. Ikrar pun mengalami kekerasan aparat kepolisian Makassar. Sementara itu, kamerawan TV One, Aco, yang sedang mengambil gambar di atas tembok pagar kantor Badan Pertanahan Nasional Makassar yang bersebelahan dengan gedung Phinisi, ditarik turun oleh aparat. 
Di lokasi kejadian, polisi memang mencari-cari wartawan yang mengambil gambar penyerangan dan pengeroyokan mahasiswa di dalam kampus UNM.
Menurut Syamsul, wartawan RTV mengungkapkan, saat melintas di depan pasukan Brimob, mereka sempat berteriak ‘bunuh wartawan’. “Saya terlambat datang, tetapi saya heran kenapa polisi teriak-teriak ‘bunuh wartawan’. Untung saya tidak kena pukul,” katanya. 

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu