Jakarta, Aktual.com — Ketua Panitia International Summit of The Moderate Islamic Leader (ISOMIL), Imam Aziz, mengungkapkan bahwa acara yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merupakan ikhtiar mendamaikan berbagai konflik di Timur Tengah dan sejumlah negara Asia. seperti di Suriah, Palestina, Afghanistan dan Philipina.

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia ditekankan dia berada pada posisi netral dalam berbagai konflik internasional. PBNU mempunyai pengalaman dalam resolusi sejumlah konflik di dalam dan luar negeri, termasuk di Afghanistan.

Kemelut konflik di Timur Tengah menurut Imam, bersumber dari radikalisme yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Radikalisme yang mengatasnamakan agama Islam, kata Imam, akan terus tumbuh dan menyebar diberbagai tempat, membuat berbagai konflik sulit terselesaikan.

“Di sinilah peran aktif Indonesia dalam menjalankan diplomasi internasional sangat diharapkan banyak pihak. Karena itu NU, menginisiasi pertemuan para pemimpin dunia Islam, dalam kegiatan ISOMIL,” kata Aziz dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/5).

“Kami berharap dari pertemuan ini lahir resolusi dan kesepakatan antar negara berependuduk muslim untuk bersama-sama mengakhiri konflik dengan mencegah penyebaran radikalisme,” lanjut dia.

NU mendorong peran aktif para ulama dan tokoh masyarakat dari negara-negara mengembangkan pemahaman keagamaan Islam yang moderat dan menggalang konsolidasi global para ulama dan umat islam untuk menginisiasi perdamaian.

Sementara itu Ketua Lajnah Ta’lif Wa’nasyr PBNU yang juga Koordinator ISOMIL, Juri Ardiantoro, menambahkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan kalangan Islam moderat lainnya ditantang untuk menegaskan interpretasi yang benar, argumentatif dan kokoh, untuk menolak ideologi radikal.

“Bersama ulama moderat seluruh dunia, NU dituntut untuk menjernihkan, mana tafsir yang harus ditolak dan mana yang harus dikembangkan. Kemudian mengajak seluruh dunia untuk mendukung tafsir kalangan moderat dan memarginalkan tafsir radikalisme,” jelasnya.

Pengalaman NU dalam menangani konflik keagamaan di luar negeri, telah terbukti, di antaranya dengan terbentuknya organisasi NU Afghanistan (NUA) yang kini telah berkembang dan berdiri di 22 Provinsi di Negara tersebut.

“NU di Afghanistan, telah menyatukan lebih dari 6000 ulama setempat dan berperan dalam meredakan konflik yang sebelumnya sulit dihentikan di Afghanistan. Kini jika kita melihat berita tentang Afghanistan, bukan lagi tentang perang atau konflik antar suku, tetapi tentang upaya serius pemerintah menghadang terorisme dan sikap ulama setempat yang menolak radikalisme,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: