Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Pola gerak nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini akan kembali melemah, setelah di awal pekan hanya menguat terbatas.

Pelemahan ini terjadi, setelah Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) kembali mencuatkan isu kenaikan suku bunga, bahkan mempercepatnya. Hal ini terjadi setelah mulai maraknya tekanan dari sejumlah kepala The Fed di berbagai wilayah AS.

Ditambah katalis negatif lain, dengan melemahnya laju poundsterling (GBP) seiring kembalinya ada sentimen British Exit (Brexit).

“Kondisi-kondisi itu telah memberikan imbas negatif terhadap laju rupiah yang mulai berbalik melemah,” tandas analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, dalam analisisnya, Rabu (12/10).

Laju rupiah tersebut, kata dia, tak mampu ditopang oleh sentimen positif dalam negeri. Padahal dari Bank Indonesia (BI) sudah ada rilis kenaikan indeks penjualan ritel terhadap laju inflasi bahan kebutuhan pokok sepanjang tahun 2016. Diperkirakan masih terkendali dengan angka di bawah 4 persen.

“Karena hingga Agustus itu, inflasi secara nasional cukup rendah secara year on year (yoy), yaitu hanya 2,79 persen. Namun, tidak cukup mampu mengimbangi sentimen-sentimen negatif tersebut,” tandas Reza.

Untuk itu, kata dia, laju Rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan pola sideways dengan adanya potensi pelemahan.

“Dengan range level support di kisaran 13.065 dan level resisten di rentang 12.980,” tegasnya.

Apalagi memang, sentimen negatif juga datanga dari pelemahan harga komoditas dan laju mata uang Asia setelah laju GBP tak mampu mengalami kenaikan. Kondisi itu semua telah membuat pola gerak rupiah kembali mengalami pelemahan.

Sebelumnya, pihaknya memproyeksi dengan mulai aktifnya pasar valuta asing (valas) Asia telah membuat laju mata uang Asia belum kehabisan sentiment positif. Sehinga saat itu, bisa membuat laju rupiah menguat terbatas.

“Namun kemudian yang terjadi, munculnya sentimen negatif, telah memberikan imbas negatif terhadap laju rupiah. Jadi tetap waspadai sentimen yang ada,” ujar Reza.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka