Petugas dari Kementerian Agama Kabupaten Jombang mengamati posisi hilal (bulan) saat "rukyatul hilal" untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1437 Hijriyah di Satradar 222 Ploso di Kabuh, Jombang, Jawa Timur, Senin (4/7). Hasil "rukyatul hilal" di Jombang yaitu posisi hilal pada -1 derajat, 6 menit 01 detik atau masih di bawah ufuk. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/kye/16

Bandung, Aktual.com – Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung melalui Observatorium Boscha membantu pemerintah dalam melakukan pengamatan hilal sebagai penanda awal Ramadhan.

“Bulan sabit yang ingin diamati pada tanggal 15 Mei 2018 merupakan bulan sabit penanda beralihnya bulan Sya’ban ke bulan Ramadhan dalam kalender Hijriyah 1439 H,” ujar Humas Observatorium Bosscha, Denny Mandey dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/5).

Menurut dia, kalender Hijriyah merupakan sistem penanggalan yang mengacu kepada siklus periodik fase bulan. Urutan kemunculan fase bulan digunakan sebagai penanda waktu dan periode dalam kalender lunar (bulan sabit sebagai penanda awal atau akhir bulan dan bulan purnama menandakan pertengahan).

Satu bulan pada kalender lunar ditetapkan sebagai panjang waktu atau periode satu siklus bulan mengeliling bumi, yakni selama rata-rata 29,53 hari atau yang biasa disebut periode Sinodis.

“Penghitungan hari dalam kalender Hijriyah dimulai saat matahari terbenam dan penetapan awal bulan pada kalender Hijriyah dimulai setelah terjadi konjungsi, yakni saat posisi bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur ekliptika yang sama,” katanya.