Jakarta, Aktual.com — Dunia usaha dan bisnis yang sukses sering diidentikkan dengan gaya hidup mewah, glamor, cinta dunia yang berlebihan, dan ambisi yang tidak pernah puas untuk terus mengejar harta. Bahkan, sebagian dari para Ulama menyikapi dunia bisnis sebagai urusan dunia yang paling besar pengaruh buruknya dalam menyibukkan dan melalaikan manusia dari mengingat Allah SWT.

Hal ini dikarenakan bisnis yang sukses akan mendatangkan keuntungan harta yang berlimpah, yang tentu saja ini merupakan ancaman fitnah (kerusakan) besar bagi seorang hamba yang tidak memiliki ‘benteng’ iman yang kokoh untuk menghadapi dan menangkal fitnah tersebut.

Bahkan, Rasulullah SAW secara khusus memperingatkan umat-Nya dari besarnya bahaya fitnah harta dan kedudukan duniawi dalam merusak agama dan keimanan seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda,

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِه

Artinya, “Tidaklah dua ekor serigala kelaparan yang dilepaskan kepada kambing lebih besar kerusakan (bahaya)nya terhadap kambing tersebut, dibandingkan dengan (sifat) rakus seorang manusia terhadap harta dan kedudukan (dalam merusak/membahayakan) agamanya.”

Timbulnya kerusakan ini dikarenakan kerakusan terhadap harta dan kedudukan akan memacu seseorang untuk terus mengejar dunia dan menjerumuskannya kepada hal-hal yang merusak agamanya, karena umumnya, sifat inilah yang membangkitkan dalam diri seseorang sifat sombong dan selalu berbuat kerusakan di muka Bumi, yang sangat tercela dalam agama. Allah SWT berfirman,

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya, “Negeri Akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-Qasas : 83)

“Kenyataan inilah yang seharusnya menjadikan seorang Muslim yang menghendaki kebaikan dan keselamatan dirinya, utamanya kalangan yang menggeluti dunia usaha dan bisnis, untuk selalu waspada dan introspeksi diri, serta tidak terlalu percaya diri (bersandar kepada kemampuan diri, red) dalam hal ini, dengan merasa imannya kuat dan aman dari kemungkinan terjerumus ke dalam fitnah tersebut. Cukuplah sikap percaya diri yang berlebihan seperti ini menjadi bukti rapuhnya keimanan dalam hati dan pertanda jauhnya taufik dari Allah SWT kepada hamba tersebut,” jelas Ustad Muhamad Ikrom kepada Aktual.com, Kamis (10/03), di Jakarta.

Selanjutnya, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi pengusaha atau marketing sukses sesuai dengan konsep ajaran Islam sebenarnya?.

“Adapun cara agar sukses di jalan Islam sudah banyak sekali diajarkan di beberapa buku dan bisa kita pelajari sendiri sehingga kita dalam mencari suatu rezeki atau harta yang halal dan berkah itu lebih mudah dan mengetahui caranya karena jika kita asal ingin sukses dan kaya maka kita akan sangat mudah sekali terjerumus ke dalam hasutan setan dalam mencari suatu rezeki dengan jalan yang salah atau haram. Maka sebab itu kita harus sering mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berdoa atau meminta kepada-Nya supaya diberikan kelancaran dalam rezeki kita karena Allah SWT sangat mencintai seorang hamba yang rajin berdoa dan meminta ke Allah SWT,” urai ia memaparkan. Bersambung…..

Artikel ini ditulis oleh: