Jakarta, Aktual.com — Alam ghaib menyimpan rahasia tersendiri. Rahasia alam ghaib, ada yang Allah SWT dikhususkan untuk diri-Nya semata dan tidak diberitakan kepada seorang pun dari hamba-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِيْ كِتَابٍ مُبِيْنٍ

“Dan hanya di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan, tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan Bumi dan tidaklah ada sesuatu yang basah atau pun yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59).

Ustad Muhamad Ghozali, MA, menjelaskan, bahwa gaib secara bahasa adalah sesuatu yang tidak tampak. Sedangkan, gaib menurut istilah adalah sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra, tetapi ada dalil tertulis yang menjelaskan akan keberadaannya.

Apabila ada dalil dari ayat atau Hadis yang sahih akan keberadaan sesuatu yang gaib itu lalu diingkari. Maka pengingkaran itu bisa menjadikan pelakunya kafir. Karena, dia telah mengingkari bagian dari ajaran agama yang penting.

Allah SWT telah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Az Zariyat : 56)

Dan Rasulullah SAW pun berkata, “Malaikat diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah).” (HR. Muslim). Bahkan Allah SWT telah menginformasikan kepada kita semua akan keberadaan jin di dalam Al Quran yang mana tertulis jelas dan menjadi salah satu surat ke-72 di dalam Al Quran.

“Dalam ayat dan Hadis di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan jin sebagaimana Dia telah menciptakan manusia dan Malaikat. Berarti keberadaan jin tidak boleh kita ingkari, walaupun kita tidak bisa melihat wujud dan keberadaan mereka,” demikian Ustad Muhamad Ghozali, kepada Aktual.com, di Jakarta, Selasa (16/02).

Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah SWT,

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya, “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”(Al A’raf : 27).

“Oleh sebab itu makhluk Allah SWT yang bernama jin itu dikategorikan sebagai makhluk gaib, yang informasi keberadaannya ada dalam nash (teks), tapi kita tidak bisa melihatnya dengan panca indra kita,” sambung ia.

Di dalam Al Quran, menurut Ustad Ghozali, menyebutkan kata ‘gaib’ kurang lebih sebanyak 56 kali, yang mana hal tersebut dimulai dari surat Al Baqarah ayat ke-3.

Dan ayat-ayat yang ada di dalam Al Quran tersebut sebagai dalil akan pentingnya mengetahui hal gaib secara benar lalu mempercayainya dan menjadikannya sebagai pilar keimanan.

Lanjut ia, karena jika kita salah dalam memahami hal gaib berarti salah pula pilar iman kita, maka dari itu untuk memahami hal gaib kita membutuhkan referensi yang valid dan akurat, agar tidak menghasilkan pemahaman yang salah dan menyimpang. Yang mana referensi yang dimaksud adalah Al Quran dan Hadis.

“Jadi, kita tidak boleh bicara tentang suatu yang gaib hanya berdasarkan akal pikiran belaka, atau bersumber dari bisikan-bisikan ghaib, mimipi-mimpi, atau mitos-mitos yang berkembang. Ke semuanya itu harus kita filter dengan syariat lslam. Bila sesuai dan disahkan oleh syariat, berarti kita terima dan kita jadikan sebagai pilar keimanan. Tapi bila menyimpang dari syariat atau bertolak belakang, maka harus kita tolak kebenarannya.”terangnya

Ia menjelaskan, bahwa masalah ghaib tidak hanya seputar kehidupan jin dan setan sebagaimana yang banyak diekspos oleh media massa akhir-akhir ini.
Karena, jin dan setan hanya bagian kecil dari masalah kegaiban yang sangat luas cakupannya. Contohnya Kita belum pernah melihat suratan takdir kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, tapi kita harus percaya akan adanya takdir yang telah digariskan Allah SWT untuk kita, yang baik maupun yang buruk.

“Begitu juga dengan umur kita, Allah SWT telah menentukan batasannya dan kita harus mempercayainya, walaupun kita belum tahu berapa lama ketentuan umur kita,” tambah ia.

Sementara itu, dalam mengimani hal yang gaib, perlu diketahui terlebih dahulu makna yang benar dari beberapa istilah yang berhubungan dengan hal gaib.

Pengertian yang benar akan istilah-istilah yang gaib harus dilandaskan sesuai dengan Al Quran dan Hadis. Iman kepada perkara yang gaib wajib hukumnya, karena ia adalah bagian dari Rukun Iman. Akan tetapi, sungguh amat disayangkan, betapa banyak orang yang keliru dalam memaknainya.

Menurut Imam Qotadah dan Abul Aliyah, gaib adalah Allah SWT, para Malaikat, Kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, Hari Akhir, Surga, Neraka, pertemuan dengan Allah SWT, hidup setelah kematian.

“Itu semua adalah gaib, karena hal itu tidak dapat kita ketahui. Sedangkan, para Ulama yang lain mengatakan takdir juga termasuk hal gaib. Mempercayai hal yang gaib bukanlah hal yang terkait dengan syirik karena pendapat semacam itu tidak memiliki dasar,” ujar ia.

“Kali ini kita coba untuk mengkaji secara mendasar mengenai 4 hal gaib yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, akan tetapi ini perlu saya luruskan terlebih dahulu. Ini bukanlah menakut-nakuti atau yang lainnya, akan tetapi ini hanya untuk sekedar pengetahuan dan meluruskan pengertian kita yang selama ini salah dalam memahaminya,” kata ia menutup pembicaraan. Bersambung….

Artikel ini ditulis oleh: