Jakarta, Aktual.com — Ustad Romli dalam khutbah Jumatnya di Masjid Ar Rahim, kawasan Depok, Jumat (04/03), menjelaskan, dalam perjalanan sejarah Islam, Muslim pasti pernah mendengar “Generasi Pertama”. Tetapi apakah kita tahu arti dari kata tersebut?.

Yang kami maksud dengan “Generasi yang Pertama” adalah para sahabat. Adapun sahabat sendiri adalah orang yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, mereka Muslim dan meninggal atas ke-Islaman, Rabb-Nya dan Nabi Muhammad mereka menyanjung para sahabat. Rabbul ‘Izzati memuji mereka. Demikian pula Rasulullah SAW juga banyak menyanjung mereka. Dalam surat Al Fath disebutkan. Allah SWT berfirman,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah SWT dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah SWT dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah SWT hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Al Fath : 29)

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya, “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka,”(At Taubah : 117)

Dalam Hadis sahih disebutkan,

” خير القرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ….” . الحديث أخرجه الشيخان

Artinya, “Sebaik-baiknya kurun adalah kurunku, kemudian yang sesudahnya kemudian yang sesudah mereka,”

Dalam Hadis sohih dari riwayat Abu Sa’id Al Khudri disebutkan, Pernah terjadi pertengkaran antara Khalid bin Walid dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Dalam pertengkaran tersebut Khalid mencacinya. Maka Rasulullah SAW bersabda,

مسلم : حدثنا يحيى بن يحيى ، أبنا أبو معاوية ، عن الأعمش ، عن أبي صالح ، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : لا تسبوا أصحابي ، فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه

Artinya, “Janganlah kamu sekalian memaki salah seorang sahabatku. Karena sesungguhnya sekiranya seseorang diantara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka amalnya itu belum mencapai satu mud (kurang lebih 6 ons) seseorang diantara mereka atau setengahnya”

Padahal seperti telah diketahui Khalid juga seorang sahabat. Akan tetapi karena ‘Abdurrahman telah mendahului ke-Islamannya serta persahabatannya, maka Rasulullah SAW marah kepada Khalid seraya mengatakan, “Sesungguhnya kemuliaan persahabatan ‘Abdurrahman wahai Khalid, jika Engkau berinfak emas sebesar gunung Uhud, dan engkau juga seorang sahabat, maka amalmu itu tidak akan mencapai amalnya”. Kendati Khalid sendiri telah mulai berinfak sebelum Futuh Makkah dan ikut serta berperang.

Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Allah melihat hati hamba-hamba-Nya , maka Dia dapati hati Muhammad itu lebih baik dari hati seluruh hamba-Nya, maka Diapun memilihnya dan mengangkatnya sebagai Rasul untuk mengemban risalah-Nya. Kemudian melihat hati hamba-Nya sesudah hati Muhammad SAW, maka Dia dapati hati para Rasulullah SAW itu lebih baik dari hari seluruh hamba. Lantas mereka dijadikan oleh Allah SWT sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya”

Ibnu Hajar berkata, “Umat Islam telah bersepakat bahwa kemuliaan sahabat itu tidak dapat dibandingkan dengan sesuatu apapun jua.”

Dalam buku Akidahnya, Abu Ja’fat Ath Thahawi mengatakan, “Dan kami mencintai para sahabat Rasulullah SAW dengan tidak mengurangi sedikitpun kecintaan kami atas seseorang diantara mereka, dan kami membenci siapapun yang membenci mereka atau mengatakan sesuatu yang tidak baik terhadap mereka atau mengatakan tentang mereka kecuali yang baik. Mencintai mereka adalah termasuk agama (dien), iman, dan ihsan, sedangkan membenci mereka adalah tindak kekufuran, kemunafikan dan melampaui batas.”

Golongan manusia pilihan yang mulia ini, dipilih oleh Allah Rabbul ‘Izzati untuk menguatkan agama-Nya dan membela syariat-Nya. Allah SWT berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Ali Imran : 110)

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Artinya, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”(Ibrahim : 24-25)

Apa sebenarnya prinsip-prinsip yang menjadi esensi pembinaan dan apa dasar-dasar yang dipergunakan Murabbi Rasulullah SAW untuk membina bangunan yang besar, mengagumkan dan mempunyai keteraturan yang menarik ini. Bersambung…..

Artikel ini ditulis oleh: