Jakarta, Aktual.co — Juli sampai Oktober merupakan titik dimana Jepang bersiaga dengan ancaman topan besar yang melanda. Hembusan topan seakan tiada habisnya menerpa negeri Sakura tersebut setiap tahun.
Menurut data Badan Meteorologi Jepang, negeri matahari terbit itu mengalami 11 topan setiap tahun dengan kecepatan yang beragam. Namun, ada tiga topan berkekuatan dahsyat yang melanda Jepang dalam empat bulan terakhir ini.
Tiga angin topan tersebut, yakni topan Neoguri, Phanfone, dan Vongfong. Ketiganya menjadi topan paling berbahaya karena tidak hanya meninggalkan sejumlah kerusakan pada gedung, tetapi juga merenggut banyak nyawa.
Topan Neoguri yang merupakan salah satu badai terkuat menerjang Kepulauan Okinawa di Jepang bagian Selatan pada 8 Juli 2014. Badai yang menghantam pada Selasa pagi itu membawa hembusan angin dengan kecepatan hingga 250 kilometer per jam.
“Meskipun kekuatan topan ini diturunkan menjadi topan super, nyatanya masih membawa tiupan angin yang cukup besar, yakni 250 kilometer per jam,” kata juru bicara Badan Meteorologi Jepang seperti yang dilansir AFP, Jumat (17/10).
Neoguri yang berarti “rakun” dalam bahasa Korea itu mengakibatkan dua orang tewas dan sedikitnya 28 luka-luka, serta menyebabkan 52.000 rumah lumpuh akibat padamnya listrik.
“Bencana serius masih mungkin terjadi, seperti tanah longsor dan banjir karena hujan deras akibat pergerakan badai menjadi keprihatinan utama kami,” kata perwakilan dari Meteorologi Jepang Satoshi Ebara.
Bencana yang melanda Okinawa tidak sedahsyat terjangan topan Neoguri. Pada awal Oktober, kepulauan di bagian Selatan Jepang tersebut juga dilanda topan Phanfon dengan terpaan angin kencang bercampur hujan lebat.
Badai besar yang menghantam pada Senin pagi (6/10) itu menyebabkan tujuh orang tewas, 62 orang luka-luka, serta empat dinyatakan hilang.
Seorang pilot asal Amerika Serikat (AS) yang ditugaskan di pangkalan Okinawa tewas setelah tersapu gelombang tinggi yang dipicu oleh angin topan.
“Pilot AS itu adalah satu dari tiga personel yang tersapu ombak tinggi. Saat kejadian, tiga prajurit itu sedang berfoto dengan latar belakang ombak yang tinggi. Satu ditemukan tewas, sedangkan dua lainnya hilang,” kata juru bicara kepolisian seperti yang dikutip dari Japan Times.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan kecepatan rata-rata badai tersebut adalah 129 kilometer per jam dengan hembusan angin mencapai 185 kilometer per jam dan bergerak ke arah timur laut 65 kilometer per jam pada 11:00 (02.00 GMT).
Badai tersebut juga dilaporkan melewati kota Tokyo dimana pada siang hari badai bergerak cepat ke arah timur laut sehingga Gunung Fuji terlihat jelas dari barat daya kota.
Sekitar 200.000 keluarga di seluruh Jepang timur diminta mengungsi karena dikhawatirkan akan terjadi longsor atau banjir akibat sungai meluap. Jumlah tersebut juga termasuk sekitar 20.000 keluarga di Tokyo.
Hujan lebat memaksa dibatalkannya pencarian korban Gunung Ontake, 12 orang belum ditemukan setelah pekan lalu terjadi letusan yang menewaskan sedikitnya 51 orang. Puluhan keluarga di kaki puncak gunung dievakuasi karena dikhawatirkan hujan lebat dapat menyebabkan tanah longsor.
Selain itu, enam ratus penerbangan domestik juga dibatalkan, bahkan Japan Airlines mengatakan telah membatalkan 19 penerbangan internasional.
Layanan kereta super cepat Shinkansen ikut dibatalkan dan layanan kereta api komuter ditunda sehingga memengaruhi jutaan komuter di ibukota.
Gelaran balap mobil Grand Prix Formula Satu Jepang pada hari Minggu (5/10) juga ditunda menyusul kecelakaan yang dialami oleh pebalap Perancis Juled Biancha akibat derasnya hujan yang mengguyur.
Badai besar nyatanya juga menyapa pantai lepas bagian Timur Laut Jepang pada Selasa pagi, sepekan setelah topan Phanfone menewaskan tujuh orang di Kepulauan Okinawa.
Badai yang berasal dari topan Vongfang tersebut menyebabkan satu orang tewas, dua orang hilang, serta 93 orang luka-luka.
Menurut Badan Meteorologi Jepang, status topan Vongfong diturunkan menjadi badai tropis dengan kecepatan 65 kilometer per jam dan bergerak menuju timur laut di pantai lepas wilayah Tohoku yang hancur pasca gempa bumi dan tsunami 2011.
“Badai tersebut memiliki kecepatan angin maksimum 110 kilometer per jam dan hembusan sampai 145 kilometer per jam,” kata perwakilan Badan Meteorologi Jepang dalam pernyataan di situsnya.
Topan Vongfong juga menyebabkan hujan lebat di Tokyo sepanjang malam dan membuat kacau lalu lintas selama akhir pekan lalu. Selain itu, lebih dari 600 penerbangan rute domestik dibatalkan.
Sebanyak 800.000 warga di seluruh negeri didesak untuk tidak meninggalkan rumah mereka, sementara lebih dari 150.000 rumah lumpuh karena padamnya aliran listrik.
Untuk pertama kalinya, pertandingan Baseball Nippon Professional pada Senin (12/10) di Osaka juga dibatalkan karena Topan Vongfong.
Topan atau taifuu dalam bahasa Jepang tidak hanya merenggut harta penduduk secara material, tetapi juga emosi dan spiritual karena kehilangan keluarga yang mereka cintai dalam bencana tahunan ini.
Pemerintah Jepang pun telah mensiagakan Stasiun Cuaca dengan menyiarkan berita terjadinya topan melalui berbagai media. Cara tersebut cukup efektif guna mencegah dan mengurangi korban.
Jepang sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena bencana juga menjalin kerja sama dengan sejumlah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna mengembangkan pendidikan bencana di sejumlah negara.